Sepotong Ikan di Balik Bantal, Cerita Ulama Aceh tentang Kenyataan Hidup Anak Yatim

4 weeks ago 14
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Bireuen - Raut wajah Teungku Muhammad Yusuf murung saat bercerita soal kenyataan hidup anak yatim dan dhuafa di Aceh.

Pria yang karib disapa Abiya Jeunieb adalah Pimpinan Pesantren Rauhul Mudi Al Aziziyah Aceh yang menampung sekitar 700 anak. Termasuk anak yatim, piatu, yatim piatu, fakir miskin, dan anak korban perceraian.

Setiap anak memiliki cerita hidup yang mengiris hati. Salah satunya yang diceritakan Abiya kepada Health Liputan6.com saat ditemui di pesantren yang berdiri di Desa Meunasah Blang, Kecamatan Jeunieb, Kabupaten Bireuen, Aceh.

Seperti biasa, pesantren memberikan makanan gratis sehari-hari kepada para santri. Suatu ketika, ada menu ikan laut yang disajikan.

“Ada satu anak yang makan ikan itu hanya setengah. Setengahnya lagi dia bungkus dan diselipkan di balik bantal,” kenang Abiya saat ditemui pada Senin (27/10/2025).

Hari bersih-bersih pun tiba, para guru atau ustaz mulai memeriksa kebersihan setiap kamar. Salah satu guru menemukan bungkusan mencurigakan di balik bantal. Bungkusan itu mengundang segerombolan semut.

Diambilnya bungkusan itu, dan ketika dibuka, ternyata isinya adalah sepotong ikan, yang setengahnya sudah dimakan. Guru bertanya siapa pemilik bungkusan itu, sontak seorang anak mengaku sambil menangis lantaran merasa bersalah.

Sang guru bertanya alasan anak itu menyimpan sepotong ikan di balik bantal. Jawaban sang anak menjadi sebuah cerita yang menunjukkan kenyataan hidup seorang yatim dan dhuafa.

“Anak itu tahu bahwa neneknya akan datang menjenguk, dia sengaja menyisakan ikan itu agar bisa dititipkan ke nenek untuk diberikan ke adiknya. Karena adiknya tak pernah memakan ikan,” kata Abiya.

Promosi 1

Sediakan Kehidupan Layak bagi Para Santri

Ikan di balik bantal hanya satu dari sekian kisah menyedihkan anak-anak yatim dan dhuafa. Bagi Abiya, ini adalah permasalahan besar di Aceh dan Indonesia.

Maka dari itu, ia berupaya membantu para yatim dan anak-anak yang membutuhkan dengan memberikan pendidikan agama, makanan, hingga pakaian. Pesantren dan tempat tinggal yang layak bagi para santri didirikan pada 25 Desember 2015.

Tak dapat dimungkiri, memberi kehidupan yang layak bagi para santri membutuhkan dana besar.

“Biaya yang kita butuhkan lumayan besar, dalam sebulan itu, minimal Rp300 juta lah,” kata Abiya.

Selain diberi sandang, pangan, papan gratis, para santri yang usianya masih kecil juga diberi uang jajan. Sekitar 400 santri yatim, piatu, dan fakir miskin awalnya diberi uang jajan Rp10.000 per hari.

“Tapi mengingat kondisi ekonomi kayak gini, jadi jajannya udah kita kurangi, kita kasih Rp5000,” jelasnya.

Jelang Lebaran, layaknya anak-anak pada umumnya, para santri juga diberi baju baru. Terutama bagi sekitar 100 santri yang tak memiliki keluarga.

“Saat Lebaran, mereka bingung harus pulang kemana, tidak ada tempat untuk pulang, jadi kita belikan baju Lebaran,” katanya.

Pos Kesehatan Pesantren

Dari sisi kesehatan, dalam dua tahun belakangan sudah berjalan Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) bekerja sama dengan puskesmas setempat.

Perawat dari puskesmas kerap memberikan layanan kesehatan secara cuma-cuma. Abiya juga tengah mencari dokter yang rela berbakti paling tidak satu minggu sekali untuk kesehatan para santri.

“Kalau untuk obat dan biaya perjalanannya, inshaAllah kami usahakan, tapi ini belum jalan.”

Melalui Poskestren, anak-anak mendapatkan pemeriksaan kesehatan rutin. Biasanya, anak-anak mengalami demam tinggi, masalah lambung, dan sekarang ada yang terkena cacar dan dipulangkan dulu ke keluarganya. Untuk masalah kesehatan ringan, pihak pesantren bisa memanggil pihak puskesmas karena jaraknya tak jauh. Sayangnya, untuk masalah kesehatan berat dan yang membutuhkan rujukan, pesantren belum memiliki ambulans sendiri.

“Ambulans masih kita cari, belum dapat-dapat, belum ada yang mau nyumbang atau belum ada kemudahan. Kalau masalah kesehatan, mobil ambulans ini benar-benar butuh karena anak-anak kita di sini lumayan bandel. Kalau saya enggak ada di pesantren, anak-anak bisa main bola kaki sampai jam 4 pagi.”

Main bola saat gelap sangat berisiko cedera. Baru-baru ini, ada anak yang jempol kakinya putus dan mesti dioperasi di kabupaten.

“Kadang-kadang kita harus rujuk ke rumah sakit, ambulans di sini (Kecamatan Jeunieb) tidak mencukupi. Kita di sini 43 desa, ambulansnya cuma dua, enggak cukup. Bahkan sempat, saya sedang tidak di pesantren, ada yang sakit dan terpaksa di antar ke rumah sakit pakai becak,” ujarnya.

Bantuan Dompet Dhuafa

Abiya berharap, para santri ini bisa tumbuh menjadi manusia yang memerhatikan anak-anak seperti mereka di masa depan.

“Saya selalu doktrin anak-anak bahwa di masa depan mereka harus bertanggung jawab untuk paling tidak 10 anak yatim. Titip 10 anak yatim dan fakir miskin di pesantren dan biayai oleh mereka. Dengan begini, masalah anak yatim sedikit demi sedikit bisa selesai.”

Abiya juga berharap semua pihak turut membantu keberlangsungan pesantren dalam bentuk apapun. Seperti yang telah dilakukan Dompet Dhuafa. Menurutnya, empat tahun belakangan zakat masyarakat melalui Dompet Dhuafa sudah membantu sebagian kebutuhan pesantren.

Dalam kesempatan yang sama, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Aceh, Rizki Fauzan mengatakan bahwa pihaknya memberi bantuan berupa beasiswa bagi 10 santri berprestasi melalui Program Beasiswa Yatim.

“Termasuk program Poskestren, Dompet Dhuafa juga support untuk (penyediaan) tempat,” ujarnya.

Read Entire Article