Liputan6.com, Jakarta - Masalah gizi buruk dan infeksi berulang masih menjadi ancaman besar bagi anak-anak di Indonesia. Data UNICEF dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2024) mencatat satu dari lima anak mengalami stunting, sementara lebih dari 30 persen balita pernah menderita ISPA atau diare dalam satu tahun terakhir.
Kombinasi kekurangan gizi dan infeksi berulang menciptakan lingkaran setan yang memperlambat tumbuh kembang anak serta meningkatkan beban biaya kesehatan bagi keluarga dan negara. Temuan terbaru dari Indonesia yang dipresentasikan di International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research (ISPOR) 2025 di Glasgow memberi angin segar dalam menangani masalah ini.
Penelitian yang dipimpin Associate Professor dari Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, Muh. Akbar Bahar, Ph.D., menunjukkan bahwa intervensi nutrisi medis berupa Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK) selama tiga bulan mampu menurunkan risiko berbagai penyakit infeksi secara signifikan pada anak-anak dengan gizi kurang.
"Masalah gizi seharusnya tidak lagi dipandang semata sebagai isu kesehatan, tetapi persoalan ekonomi nasional yang memengaruhi produktivitas generasi kita. Anak yang kekurangan gizi cenderung lebih sering sakit dan membutuhkan biaya pengobatan yang besar. Dengan intervensi nutrisi PKMK, kita bisa memutus siklus infeksi berulang sekaligus memperbaiki status gizi anak," kata Akbar.
Pemberian PKMK untuk Pertumbuhan Anak
Penelitian tersebut diperkuat oleh studi klinis yang dilakukan oleh seorang Dokter Anak Konsulen Nutrisi dan Penyakit Metabolik di RS Husada Utama, Surabaya. Studi terhadap 80 anak undernutrisi berumur 12 s.d 60 bulan ini membuktikan bahwa pemberian PKMK mampu mendorong pemulihan pertumbuhan secara signifikan sepanjang Oktober 2021 hingga Juli 2022.
Anak-anak yang menerima intervensi menunjukkan peningkatan berat badan hingga 1,5 kg, tinggi badan 4,35 cm, serta perbaikan sistem imun yang ditandai dengan penurunan kadar TLC (Total Lymphocyte Count). Secara klinis, prevalensi stunting menurun 34,5 persen, wasting 72,7 persen, dan underweight 51,7 persen.
Temuan ini menegaskan bahwa intervensi nutrisi mampu menjadi langkah preventif efektif untuk menekan risiko pneumonia, tuberkulosis (TB), dan diare. Tiga jenis infeksi yang paling sering menyerang anak dengan gizi buruk.
Sisi Ekonomi
Dari sisi ekonomi kesehatan, analisis QALY (Quality Adjusted Life Year) dan ICER (Incremental Cost-Effectiveness Ratio) menunjukkan bahwa investasi Rp1,86 juta per anak memberikan manfaat besar.
Intervensi PKMK mampu menurunkan risiko pengobatan penyakit infeksi seperti TB (47,2 persen), pneumonia (44,7 persen), ISPA (47,2 persen), dan diare (48,9 persen). "Setiap rupiah yang diinvestasikan untuk nutrisi anak menghasilkan nilai ekonomi dan sosial yang jauh lebih besar," ujar Akbar.
Temuan ini membuka peluang kebijakan baru, termasuk potensi penanggungan PKMK oleh BPJS Kesehatan dalam penanganan stunting.
Integrasi PKMK ke dalam layanan promotif–preventif maupun kuratif berpotensi mengurangi beban klaim jangka panjang akibat infeksi yang sering muncul pada anak malnutrisi.
Penelitian ISPOR 2025 tentang Gizi Buruk
Di sisi lain, pihak industri seperti Nutricia Sarihusada menegaskan komitmennya mendukung perbaikan gizi anak Indonesia melalui inovasi berbasis ilmu pengetahuan dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan serta pemangku kepentingan.
Selama lebih dari 70 tahun berkontribusi di Indonesia, perusahaan ini terlibat dalam pengembangan berbagai produk nutrisi medis termasuk PKMK yang digunakan dalam penelitian.
Penerimaan penelitian Indonesia di ISPOR 2025 menjadi langkah penting. "Untuk pertama kalinya, Indonesia berhasil menunjukkan bahwa produk PKMK memiliki bukti klinis dan nilai ekonomi yang kuat dalam konteks lokal," kata Akbar.
Temuan ini membuktikan bahwa intervensi nutrisi tidak hanya menangani stunting dan infeksi, tapi juga memperkuat ketahanan ekonomi nasional di masa mendatang.
.png)
1 day ago
3
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5423880/original/034821800_1764120445-IMG-20251126-WA0008.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5115822/original/007897700_1738324654-Screenshot_2025-01-31_184712.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393654/original/047231900_1761566632-WhatsApp_Image_2025-10-27_at_6.57.20_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5394791/original/037000600_1761640597-kakseto.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4402814/original/059145300_1681978923-20230420-Pakaian-Impor-Bekas-Lebaran-Idul-Fitri-Iqbal-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393710/original/099592200_1761575550-WhatsApp_Image_2025-10-27_at_22.20.05.jpeg)








