Pernah Jadi Korban Pelakor, Kok Bisa Balik Jadi Pelaku? Begini Kata Psikolog Tika Bisono

3 days ago 9
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena seseorang yang dulu pernah tersakiti oleh pelakor lalu justru berubah menjadi pelaku ternyata bukan hal baru dalam dunia psikologi. Banyak orang yang mengalami trauma perselingkuhan merasa punya 'alasan emosional' untuk melakukan hal yang sama pada orang lain.

Menurut Psychologist, Lecturer, dan Counselor, Tika Bisono, pola ini terjadi karena mekanisme pertahanan diri seseorang berjalan ke arah yang keliru. Tika menjelaskan bahwa dalam diri setiap orang terdapat berbagai mekanisme mental yang bisa berubah sewaktu-waktu.

Perubahan ini bergantung pada keputusan seseorang. Ingin menjadi lebih baik atau justru mengulang luka yang pernah diterima. "Buat orang-orang yang mentalitasnya weak, mekanisme pertahanan dirinya adalah balas dendam. You have to feel what I felt," kata Tika saat berbincang dengan Health Liputan6.com dalam sebuah kesempatan.

Pada individu dengan ketahanan mental rendah, luka masa lalu membuat mereka ingin membuat orang lain merasakan sakit yang sama. Bagi sebagian orang, menjadi pelakor setelah pernah diselingkuhi memberikan rasa kemenangan sesaat, seolah memulihkan ego yang pernah diremukkan.

Kunci Agar Tidak Mengulang Luka Lama

Sebaliknya, mereka yang lebih matang secara emosional akan memilih jalan berbeda. "Untuk yang mentalitasnya tinggi, gue akan membalas kesengsaraan lo dengan kebaikan gue. Ini mentalitas tingkat tinggi, dan itu bisa dilatih," tambahnya.

Tika menyoroti pentingnya Adversity Quotient (AQ), kecerdasan seseorang dalam menghadapi dan bangkit dari masalah. Sayangnya, tidak banyak orang yang sejak kecil diajarkan kemampuan ini. "Adversity quotient itu kecerdasan tahan banting. Ketika lo jatuh, membalnya tuh lo cerdas nggak?," ujar Tika.

Tanpa AQ yang kuat, seseorang mudah tenggelam dalam dendam, merasa tak berdaya, dan akhirnya meniru perilaku pelaku yang dulu menyakitinya.

Hormon Stres yang Memicu Perilaku Negatif

Kenapa orang memilih membalas luka dengan luka? Tika menjelaskan bahwa hal itu berkaitan dengan respons biologis tubuh. Dorongan balas dendam muncul dari tingginya produksi hormon kortisol.

"Kalau balas dendam yang negatif, kortisol yang jalan. Keseringan kortisol dipakai akhirnya bisa jadi kanker, diabetes. Itu hormon yang merusak kalau terlalu banyak," ujarnya.

Sementara mereka yang memilih menyelesaikan luka dengan cara sehat akan memicu hormon dopamin dan serotonin, yang membantu tubuh berpikir jernih dan mencari solusi, bukan pelampiasan.

Di balik perilaku pelakor yang dulunya korban, ada dorongan untuk merasa berkuasa kembali. "Kalau gue juga bisa ngikutin lo, itu membuat dia merasa lebih powerful. Posisinya nggak lagi victim," kata Tika.

Perasaan ini menjadi jebakan. Seseorang merasa 'menang', padahal hanya memperpanjang siklus luka.

Menurut Tika, kunci agar tidak mengulang pola destruktif adalah berani menetapkan batas, menyembuhkan diri, dan tidak membiarkan dendam mengarahkan hidup.

Read Entire Article