Liputan6.com, Jakarta - Minuman manis sering kali dianggap sebagai biang kerok masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes, hingga gangguan metabolik. Namun, apakah benar minuman manis selalu buruk, terutama jika diminum setelah olahraga? Spesialis Kedokteran Olahraga, Dr. Andhika Raspati, Sp.KO, memberikan penjelasan yang lebih seimbang mengenai hal ini.
Menurut Andhika, minuman manis tidak selamanya harus dijauhi. Ada situasi tertentu ketika tubuh justru membutuhkan gula untuk mengisi ulang energi. "Kalau lagi hardworking banget kita butuh minuman yang gulanya tinggi. Kalau memang dibakar jadi energi tidak apa-apa asalkan seimbang, banyak aktivitas, dan tidak berlebihan," katanya saat peluncuran Natsbee Honey Orange di Car Free Day Jakarta baru-baru ini.
Begitu pula setelah olahraga. Aktivitas fisik yang menguras tenaga membuat tubuh kehilangan cadangan energi dengan cepat. Dalam kondisi ini, minuman manis bisa menjadi pilihan yang tepat untuk memulihkan tenaga. "Sehabis olahraga juga boleh minum minuman manis karena itu aktivitas fisik yang cukup menguras tenaga," lanjutnya.
Bagaimana dengan orang yang punya GERD?
Namun, Andhika menegaskan bahwa konsumsi minuman manis tetap harus disesuaikan dengan gaya hidup. Masalahnya, banyak anak muda yang kurang bergerak, lebih sering main gadget, dan menghabiskan waktu di kamar. Kondisi ini membuat tubuh tidak membakar kalori dari minuman manis secara optimal. Alhasil, gula berlebih justru menumpuk dan memicu gangguan kesehatan.
Banyak yang ragu apakah penderita GERD boleh mengonsumsi minuman manis, seperti minuman madu rasa jeruk. Andhika menekankan bahwa respons setiap orang berbeda. "Kita tidak bisa sama ratakan karena ada yang GERD tapi tetap bisa minum kopi, tapi ada juga yang baru cium bau kopi saja sudah kambuh. Itu semua tergantung orangnya masing-masing," ujarnya.
Dia pun menyarankan penderita GERD untuk mencoba sedikit terlebih dahulu. "Minum dulu atau cicipi dulu sedikit. Kalau lambungnya sensitif, dia pasti sudah merasa nggak nyaman meski cuma minum sedikit. Itu berarti nggak cocok dan langsung di-stop saja," ujarnya.
Olahraga Bukan Alasan 'Balas Dendam' Makan
Banyak orang berpikir bahwa olahraga membuat mereka bebas makan apa saja. Faktanya tidak sesederhana itu. Andhika mengungkapkan bahwa tubuh memang punya ruang lebih untuk menampung kalori setelah olahraga.
"Kalau kita habis olahraga tubuh kita bisa menampung makanan sampai 2.000 kalori, lebih banyak 400 kalori dari yang tidak berolahraga," ujarnya. Namun, dia mengingatkan agar tidak berlebihan. Jika asupan kalori mencapai 3.000, tetap saja hasilnya akan menumpuk sebagai lemak.
Inilah sebabnya beberapa orang rajin olahraga tetapi berat badan tetap tidak turun, bahkan melebar. "Itu mungkin karena lebih banyak kalori yang masuk lewat makanan daripada kalori yang keluar saat berolahraga," tambahnya.
.png)
5 days ago
7
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5423880/original/034821800_1764120445-IMG-20251126-WA0008.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5115822/original/007897700_1738324654-Screenshot_2025-01-31_184712.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393654/original/047231900_1761566632-WhatsApp_Image_2025-10-27_at_6.57.20_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5394791/original/037000600_1761640597-kakseto.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393710/original/099592200_1761575550-WhatsApp_Image_2025-10-27_at_22.20.05.jpeg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4402814/original/059145300_1681978923-20230420-Pakaian-Impor-Bekas-Lebaran-Idul-Fitri-Iqbal-1.jpg)







