Liputan6.com, Jakarta - Fenomena korban pelakor yang akhirnya ikut menjadi pelaku berkaitan erat dengan rendahnya Adversity Quotient (AQ), atau kecerdasan tahan banting seseorang, dalam menghadapi masalah emosional.
Psychologist, Lecturer, dan Counselor, Tika Bisono, menjelaskan, dalam diri setiap orang terdapat banyak mekanisme mental yang bisa berubah sewaktu-waktu. Namun, perubahan itu sangat dipengaruhi oleh keputusan individu ketika menghadapi masalah, termasuk ketika dikhianati pasangan atau menjadi korban pelakor.
"Dalam diri seseorang selalu ada banyak mekanisme mental. Dia bisa memilih apakah mau melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan orang padanya, atau memilih melakukan sesuatu yang lebih baik," ujar Tika Bisono saat berbincang dengan Health Liputan6.com dalam sebuah kesempatan.
Pada individu dengan mentalitas lemah, respons yang muncul biasanya berupa dorongan untuk membalas. "Buat orang-orang yang mentalitasnya weak, mekanisme pertahanan dirinya adalah balas dendam. You have to feel what I felt," ujar Tika.
Inilah yang kemudian membuat sebagian korban pelakor justru mengikuti pola yang sama dan menjadi pelaku. Mereka merasa perlu 'mengembalikan' rasa sakit yang pernah mereka alami, untuk mendapatkan kembali rasa kuasa.
AQ Rendah sebagai Pemicu Siklus Korban Pelakor Jadi Pelaku
AQ, atau Adversity Quotient, adalah kecerdasan seseorang untuk bertahan dan bangkit dari situasi sulit. Sayangnya, konsep ini jarang diajarkan dalam keluarga maupun pendidikan dasar.
"Adversity quotient itu kecerdasan tahan banting. Ketika lo jatuh, membalnya tuh lo cerdas nggak?," kata Tika.
Ketika AQ rendah, individu cenderung mengembangkan mekanisme negatif seperti balas dendam atau mencari validasi melalui perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Termasuk dalam konteks hubungan, ini bisa muncul sebagai kebutuhan untuk membuktikan diri dengan menjadi pelaku setelah sebelumnya menjadi korban.
Hormon Stres Ikut Perburuk Keputusan
Tika juga menyoroti aspek biologis di balik pola ini. Ketika seseorang memelihara dendam atau benci, hormon kortisol, atau hormon stres, bekerja berlebihan. Dalam jangka panjang, ini merusak tubuh dan memperlemah kemampuan seseorang berpikir rasional.
"Kalau balas dendam yang negatif, kortisol yang jalan. Keseringan dipakai, akhirnya bisa jadi kanker, diabetes. Itu hormon yang merusak kalau terlalu banyak," ujar Tika.
Sebaliknya, ketika seseorang menghadapi masalah dengan mencari solusi dan tidak larut dalam dendam, tubuh memproduksi hormon dopamin dan serotonin yang mendorong tindakan positif.
Mencari Rasa Kuasa dengan Cara yang Salah
Menurut Tika, sebagian orang yang pernah menjadi korban pelakor menjadi pelaku sebagai cara memperoleh kembali rasa kontrol dalam hidupnya. "Ketika dia bisa ngikutin apa yang orang lain lakukan padanya, dia merasa lebih powerful. Posisinya nggak lagi victim," katanya.
Namun, rasa kuasa ini hanya semu dan tidak menyelesaikan trauma yang mendasarinya. AQ yang tinggi memungkinkan seseorang memilih respons yang lebih sehat ketika disakiti. Bukan membalas, tapi membangun batasan, meningkatkan harga diri, dan memperbaiki hubungan dengan diri sendiri.
Membangun AQ bisa dilakukan melalui pola asuh yang baik, belajar menerima masalah sebagai bagian dari kehidupan, hingga berlatih mengambil keputusan yang berpihak pada kesehatan mental.
.png)
1 day ago
3
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/4943147/original/094073500_1726140427-191ee626-7d3d-4e33-bc5c-c685a96ba4ce.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5423091/original/072696200_1764053038-WhatsApp_Image_2025-11-25_at_1.39.45_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5301737/original/000530900_1753954594-WhatsApp_Image_2025-07-31_at_16.23.30_0e70084e.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393654/original/047231900_1761566632-WhatsApp_Image_2025-10-27_at_6.57.20_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5394791/original/037000600_1761640597-kakseto.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393710/original/099592200_1761575550-WhatsApp_Image_2025-10-27_at_22.20.05.jpeg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4402814/original/059145300_1681978923-20230420-Pakaian-Impor-Bekas-Lebaran-Idul-Fitri-Iqbal-1.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393482/original/049060900_1761556475-hl2.jpg)





