Liputan6.com, Jakarta - Dua sutradara muda, Rafki Hidayat dan Kevin Rahardjo, mencuri perhatian setelah menggarap film thriller psikologis Legenda Kelam Malin Kundang, sebuah interpretasi gelap dari cerita rakyat yang sudah melekat di masyarakat Indonesia.
Karya mereka bukan hanya menawarkan pendekatan visual yang berbeda, tetapi juga memperlihatkan keberanian kreatif yang jarang ditemui pada sineas muda.
Di tengah proses produksi yang intens, keduanya mengaku mendapatkan ruang kreasi yang besar dari rumah produksi Come And See Pictures. Ruang itu yang justru membuat mereka bersemangat sekaligus merasa tertantang.
"Diberikan kebebasan, dua hal. Di satu sisi kita deg-degan juga, karena kita bekerja di Come and See Pictures yang menghasilkan film-film yang kita kagumi," kata Rafki, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (17/11/2025).
Sebelum Legenda Kelam Malin Kundang memasuki tahap produksi, Rafki dan Kevin melewati diskusi panjang selama hampir dua bulan. Mereka membedah ulang legenda tersebut, mencari celah psikologis karakter, serta menentukan arah thriller yang tetap menghormati akar cerita rakyatnya. Setelah arah film dipastikan, proses penulisan berlangsung lebih padat selama satu bulan.
Rafki menjelaskan, "Kita diskusi kayaknya dua bulanan dan penulisan nya sekitar satu bulan."
12 tahun berkiprah sebagai sutradara, Joko Anwar terobsesi untuk membuat ulang film pengabdi setan.
Penayangan Perdana dan Validasi dari Akademisi Psikologi
Penayangan perdana Legenda Kelam Malin Kundang menjadi momen yang tidak akan dilupakan Rafki. Sejak kecil, ia bermimpi melihat karyanya diputar di layar besar. Karya yang sejak awal ingin mereka buat sedekat mungkin dengan emosi manusia itu. Namun rasa deg-degan itu berubah menjadi tekanan tambahan ketika ia sadar penonton perdananya bukan orang biasa, melainkan para alumni psikologi hingga ketuanya.bagi Rafki Penilaian mereka tentu menjadi tolok ukur penting atas keberhasilan riset film ini.
"Penayangan pertama itu pasti deg deg an ini adalah mimpi kami sejak kecil,mereka menyampaikan bahwa potret dari sisi psikologi dalam karakter ini sesuai dengan bagaimana mereka pelajari, kami lega banget sih," ucap Rafki Hidayat
Validasi tersebut menjadi semacam napas lega bagi tim. Selama proses riset, mereka membawa kecemasan, soal gambaran psikologis yang disusun sudah tepat, atau masih meleset. Namun semua kerja keras itu terbayar berkat performa para aktor yang menghidupkan karakter dengan sangat meyakinkan.
Rafki menegaskan, "Meskipun film karya fiksi kita ingin menampilkan hal yang sebagaimana harusnya, apa pun upaya kami tidak akan bisa tercapai kalau mereka tidak performed jadi kami beruntung banget sih."
Aktor dan Aktris Menjadi Kunci Keberhasilan
Dalam proses produksi, Rafki dan Kevin memilih terjun langsung mendampingi para aktor di setiap adegan. Mereka ingin memastikan seluruh pemain memahami kondisi psikologis karakter secara tepat, sehingga emosi yang muncul di layar tidak hanya kuat, tetapi juga konsisten. Pendekatan itu membuat komunikasi di lokasi berjalan sangat intens.
"Itu juga kebebasan sih sebenarnya, jujur aku sama Hardjo seneng banget karena benar-benar terjun langsung dalam film ini, mungkin mereka merasa terganggu juga karena dicolek terus, diajak ngobrol terus, kami sih merasa senang ngelakuin nya,"ucap Rafki Hidayat
Keterlibatan mereka yang begitu dekat dengan para pemain berbuah manis. Performanya menjadi salah satu kekuatan utama film ini, sesuatu yang diakui langsung oleh Rafki
“Kami beruntung punya aktor, aktris yang luar biasa sekali apa pun upaya kami tidak akan bisa tercapai kalau mereka tidak performed," tambahnya.
Syuting 16 Hari dan Tantangan Menjaga Konsistensi Emosi
Tantangan terbesar justru muncul saat masuk ke lokasi syuting. Dengan durasi syuting hanya 16 hari, mereka harus bekerja cepat tanpa kehilangan konsistensi karakter.
Rafki menjelaskan, “Lokasi yang kita syuting pertama itu adalah semua hal yang terjadi di ruang Lukis climax film itu kami syuting di hari kedua.” Ketiadaan urutan kronologis membuat mereka harus memastikan karakter tetap berada pada kondisi emosional yang tepat.
Rafki menutupnya dengan penjelasan teknis yang sangat mereka andalkan untuk menjaga kedalaman karakter.
"Hal yang kami lakukan adalah kami punya catatan, apa sih yang terjadi di karakter Alif sebelumnya, apa sih yang terjadi setelahnya,”jelasnya.
Metode itu terbukti efektif dalam membantu aktor tetap konsisten meski syuting melompat-lompat. Dari tantangan itulah Legenda Kelam Malin Kundang lahir sebagai karya dengan emosi yang tertata, bukan hanya di layar, tetapi sejak prosesnya direncanakan.
.png)
1 week ago
7
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5424678/original/053065700_1764151645-hl.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5424645/original/029781900_1764150183-WhatsApp_Image_2025-11-26_at_16.26.26__1_.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5424068/original/075572500_1764131745-MV5BNGE4NmQ0M2EtYzMxYy00NTRkLWFkYjEtYTQxODUwOGQ1YWRlXkEyXkFqcGc_._V1_.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393654/original/047231900_1761566632-WhatsApp_Image_2025-10-27_at_6.57.20_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5394791/original/037000600_1761640597-kakseto.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4402814/original/059145300_1681978923-20230420-Pakaian-Impor-Bekas-Lebaran-Idul-Fitri-Iqbal-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393710/original/099592200_1761575550-WhatsApp_Image_2025-10-27_at_22.20.05.jpeg)








