Jakarta (ANTARA) - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mencatat kredit dan pembiayaan hingga akhir Oktober 2025 tumbuh 8,02 persen secara tahunan (year on year/yoy) mencapai Rp385,59 triliun dari sebelumnya Rp356,96 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan pertumbuhan kredit dan pembiayaan BTN tetap on track, sejalan dengan permintaan kredit yang terus meningkat stabil, terutama di pasar perumahan tapak menengah ke bawah serta segmen institusi atau korporasi.
"BTN akan menjaga momentum positif ini hingga akhir tahun dengan didukung prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang baik," kata Nixon dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Nixon optimistis perseroan dapat mencapai target pertumbuhan kredit dan pembiayaan akhir tahun di kisaran 8-10 persen.
Optimisme kinerja kredit terutama didukung oleh fokus penyaluran ke sektor perumahan melalui program subsidi pemerintah yakni KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) Sejahtera dan Kredit Program Perumahan (KPP).
"Sedangkan, kredit untuk non-perumahan didorong oleh penyaluran ke korporasi yang didominasi sektor real estate, listrik, gas, air dan perdagangan besar," kata Nixon.
Dari sisi pendanaan, BTN juga membukukan pertumbuhan positif untuk perolehan dana pihak ketiga (DPK). Hingga akhir Oktober 2025, BTN mencatat peningkatan DPK sebesar 13,70 persen yoy dari Rp372,10 triliun menjadi Rp423,08 triliun.
Selain ditopang oleh pertumbuhan segmen ritel melalui layanan digital super apps Bale by BTN, Nixon mengungkapkan bahwa penghimpunan DPK BTN juga didorong oleh meningkatnya segmen institusi terutama skala menengah dari sektor perumahan maupun sektor-sektor terkait lainnya.
Dengan pertumbuhan kredit dan pembiayaan serta DPK, BTN mencatatkan kenaikan aset sekitar 10,79 persen yoy menjadi Rp503,48 triliun pada Oktober 2025, naik dari Rp454,44 triliun pada Oktober 2024.
Adapun laba bersih tercatat sebesar Rp2,50 triliun hingga akhir Oktober 2025, naik 13,72 persen yoy dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,20 triliun.
Pencapaian positif tersebut, tegas Nixon, tidak hanya ditopang transformasi digital untuk meningkatkan efisiensi operasional dan kualitas pelayanan bagi nasabah, melainkan juga hasil penerapan strategi dan proses bisnis yang konsisten dan menyeluruh.
Dari sisi aksi korporasi, BTN telah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham untuk pemisahan (spin-off) unit usaha syariah (UUS) untuk digabungkan ke bank umum syariah yang baru yakni PT Bank Syariah Nasional (BSN).
Nixon pun mengungkapkan, bisnis syariah yang tengah dipisahkan ini diharapkan dapat segera beroperasi pada Desember 2025 dan mendukung pertumbuhan industri perbankan syariah nasional.
Baca juga: BTN kejar penyaluran KPP, upayakan hingga Rp4 triliun di akhir 2025
Baca juga: BTN serap 93 persen alokasi dana SAL hingga akhir Oktober 2025
Baca juga: BTN gandeng pengembang pacu peningkatan kredit rumah di Bogor
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
.png)




:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393654/original/047231900_1761566632-WhatsApp_Image_2025-10-27_at_6.57.20_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5394791/original/037000600_1761640597-kakseto.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393710/original/099592200_1761575550-WhatsApp_Image_2025-10-27_at_22.20.05.jpeg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4402814/original/059145300_1681978923-20230420-Pakaian-Impor-Bekas-Lebaran-Idul-Fitri-Iqbal-1.jpg)







