Percaya Inggris Juara Piala Dunia: Keyakinan Penuh pada Sentuhan Tuchel

Liputan6.com, Jakarta Laju kualifikasi sempurna Inggris kembali memantik pembicaraan mengenai peluang mereka di Piala Dunia mendatang.

Kemenangan dua gol atas Albania menjadi penutup rangkaian pertandingan yang menunjukkan kedisiplinan dan konsistensi tim. Rekor tanpa kebobolan sepanjang babak kualifikasi turut memperkuat optimisme tersebut.

Kedatangan Thomas Tuchel pada awal tahun disorot sebagai salah satu faktor penting di balik performa stabil ini. Pendekatan taktis dan keberaniannya mengambil keputusan besar memberi warna baru pada permainan Inggris. Dalam beberapa laga, perubahan itu terlihat jelas pada cara tim mengontrol pertandingan.

Di tengah peningkatan tersebut, suara dari salah satu legenda Inggris mencuri perhatian. Paul Scholes menyampaikan keyakinan kuat mengenai peluang negara itu untuk meraih gelar yang sudah lama mereka nantikan.

Scholes menilai skuad Inggris saat ini memiliki perpaduan kualitas dan kedalaman taktik yang membuat mereka layak diperhitungkan. Ia mengakui bahwa perjalanan di Amerika Utara akan menghadirkan tantangan besar, namun tetap melihat celah peluang yang realistis.

“Saya benar-benar merasa mereka akan memenangkan Piala Dunia, saya sungguh percaya,” ujar Scholes. “Saya kira mereka adalah tim yang hebat.”

Menurut Scholes, langkah Inggris tidak hanya bergantung pada kemampuan, tetapi juga kesiapan mental melawan tim-tim yang selama ini sulit mereka taklukkan.

“Mereka masih harus mengalahkan tim-tim yang mungkin tidak mereka perkirakan, yang belum pernah mereka lakukan. Namun, saya kira manajernya luar biasa. Saya pikir manajer ini adalah sosok yang bisa membawa mereka melewati batas itu.”

Ia juga menepis anggapan bahwa cuaca panas di Amerika Utara akan menjadi hambatan besar bagi tim.

“Banyak orang bilang ‘di Amerika, akan sangat panas’, tapi lalu apa? Kami memiliki sekitar enam puluh lima sampai tujuh puluh persen penguasaan bola setiap kali tim ini bermain.”

Scholes membandingkannya dengan era ketika ia masih aktif bermain, di mana Inggris tidak memiliki dominasi bola seperti sekarang.

“Jika itu tim kami dulu dengan penguasaan bola tiga puluh atau empat puluh persen, tidak mungkin di Amerika. Tetapi tim ini bisa menguasai bola sepanjang hari.”

Sejak tiba, Tuchel tidak ragu membuat keputusan penting. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah tidak memanggil Jude Bellingham pada jeda internasional Oktober, meski sang gelandang sedang fit. Langkah tersebut mencerminkan pendekatan tanpa kompromi yang ia terapkan.

Pendekatan tegas Tuchel juga menuai respons positif dari Nicky Butt. Mantan gelandang United itu mengakui awalnya ragu terhadap penunjukan pelatih asal Jerman tersebut, namun pandangannya berubah seiring perkembangan tim.

“Sebagai orang luar yang melihat, Anda tahu siapa yang menjadi bos, dan menurut saya itu hal yang sangat besar,” ujar Butt.

Keputusan-keputusan besar tersebut dianggap ikut membentuk identitas baru yang lebih terstruktur dan kompetitif, sejalan dengan ambisi Inggris untuk melangkah lebih jauh.

Inggris baru akan mengetahui lawan mereka setelah undian bulan Desember. Setelah itu, fokus persiapan akan kembali berjalan penuh pada Maret, ketika Tuchel bertemu lagi dengan skuadnya untuk kamp internasional berikutnya.