Liputan6.com, Jakarta Tuberkulosis (TBC) masih menjadi ancaman serius di Indonesia. Setiap tahun ada 134 ribu orang yang meninggal akibat penyakit akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis ini di Tanah Air.
“Setiap tahun ada 1.080.000 kasus TBC baru di Indonesia, dan 134.000 orang meninggal. Artinya, setiap lima menit, dua orang meninggal karena TBC,” ungkap Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Maka dari itu deteksi dini untuk mengetahui pengidap serta pengobatan penuh menjadi hal penting. Kabar baiknya, pemerintah telah menerapkan pengobatan baru dengan skema terapi singkat sesuai rekomendasi World Health Organization (WHO) yakni regimen Bipal atau Bipal-M.
“Setelah dua sampai tiga minggu minum obat, pasien sudah tidak menularkan lagi. Namun kuncinya, jangan berhenti minum obat agar tidak menjadi resisten,” kata Budi mengutip keterangan Kemenkes RI.
Menkes Budi pun mengatakan pasien tuberkulosis yang mengalami resisten obat (RO) pun bisa sembuh dengan pengobatan regimen Bipal atau Bipal-M. Seperti yang terjadi pada 14 pasien tuberkulosis yang berhasil sembuh usai mendapat pengobatan dari RS Paru dr. Ario Wirawan (RSPAW) Salatiga, Jawa Tengah.
Mereka yang berhasil sembuh itu menerima sertifikat kesembuhan dari RS Paru dr. Ario Wirawan (RSPAW) Salatiga, Jawa Tengah pada Sabtu (13/9/2025). Momen ini disaksikan langsung oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Wali Kota Salatiga Robby Hernawan, sekaligus menjadi tonggak penting dalam penanganan salah satu penyakit menular paling mematikan di Indonesia.
Layanan Terapi TBC Resisten Obat di RSPAW
Direktur RSPAW dokter Tarsisius Glory, menyampaikan bahwa layanan terapi TBC RO terus berkembang sejak 2023.
Kehadiran para pasien sembuh disambut meriah sebagai simbol harapan bahwa TBC dapat dikendalikan. Selain menangani TBC, RSPAW juga melayani ribuan pasien kanker.
Sepanjang Januari–Agustus 2025 tercatat 2.781 kunjungan kemoterapi, meningkat signifikan dari 797 kunjungan pada 2023 dan 2.089 kunjungan pada 2024.
Namun, fasilitas radioterapi masih terbatas sehingga sebagian pasien harus dirujuk keluar daerah.
RSPAW juga sebaau rumah sakit pengampu regional respirasi dan paru, membina 14 rumah sakit di Jawa Tengah serta 9 rumah sakit di Kalimantan Timur.
“Kami melakukan visitasi, diskusi kasus sulit, pelatihan, hingga mentoring harian melalui platform daring,” tambah Tarsisius.
Apa Itu TBC Resisten Obat?
Mengutip Kemenkes RI, TBC Resisten Obat didefinisikan sebagai resistensi terhadap dua agen anti-TB lini pertama yang paling poten yaitu Isoniazide (INH) dan Rifampisin.
TB RO berkembang selama pengobatan TB ketika mendapatkan pengobatan yang tidak adekuat. Hal ini dapat terjadi karena beberapa alasan diantaranya:
- Pasien mungkin merasa lebih baik dan menghentikan pengobatan
- persediaan obat habis atau langka,
- atau pasien lupa minum obat.