Soundrenaline Medan 2025(Instagram)
SEKITAR 3.000 pengunjung bergerak dari satu titik ke titik lainnya untuk menikmati keseluruhan rangkaian Soundrenaline yang tersebar di Lapangan Benteng, Jalan Ahmad Yani, District 10, hingga Simpul Kota. Dari pagi hingga larut malam, setiap sudut berubah menjadi ruang ekspresi yang memancarkan energi kreatif anak Medan.
Format festival yang memungkinkan penonton berpindah lokasi inilah yang mencuri perhatian. Alih-alih menetap di satu venue, pengunjung bebas menjelajah, menikmati berbagai program yang membuat ruang-ruang kota menjelma menjadi panggung budaya pop dan seni urban.
Lapangan Benteng dan Jalan Ahmad Yani menjadi pusat keramaian setelah tampilnya White Shoes & The Couples Company, The SIGIT, eleventwelfth, serta Grrrl Gang. Masing-masing musisi membawa identitas berbeda, membuat pergantian panggung selalu ditunggu.
Salah satu momen yang paling membekas terjadi ketika eleventwelfth tampil di The Stage, Lapangan Benteng. Mereka menyampaikan apresiasi terhadap format Soundrenaline tahun ini yang dianggap lebih inklusif dan menawarkan pengalaman yang tidak biasa bagi penonton.
“Soundrenaline membawa konsep yang belum familiar di Indonesia. Ada panggung besar, ada gigs yang intim, ada talkshow. Menurut kami, format kayak gini lebih merangkul banyak pihak. Jadi orang nggak cuma nonton band, tapi juga menikmati banyak aktivitas seru lainnya,” ujar eleventwelfth.
Komunitas Lokal Jadi Penguat Identitas Medan
Kehadiran kolektif kreatif seperti Suara Ujung Sumatera, Demajors Medan, RAWLABS, Medan Art Familia, DOMAYN061, hingga Woodlandskate menegaskan bahwa Medan bukan hanya pasar bagi industri kreatif, tapi juga rumah bagi banyak pelaku seni yang aktif berkarya.
Selain musik, area District 10 dan Simpul Kota dipadati peserta yang ingin berdialog dan belajar langsung dari para pelaku industri kreatif.
Di Simpul Kota, Basboi serta Rio dari White Shoes & The Couples Company membahas bagaimana mereka memadukan musik dan visual dalam karya. Sementara kehadiran seniman visual Medan, Onggooo, membuka perspektif baru soal kolaborasi lintas disiplin.
District 10 menghadirkan program The Lab, yang diminati banyak peserta yang ingin memahami proses kreatif musisi nasional. Rekti Yuwono dari The SIGIT berbagi pandangan mengenai pencarian identitas musikal yang menurutnya akan terus berkembang seiring perjalanan hidup.
“Sound itu alat utama siapapun yang bermusik. Pencarian identitas nggak akan selesai, bahkan sampai tua. Dunia berubah terus, dan kita juga akan selalu beradaptasi,” tutur Rekti.
Sesi berbagi itu juga ditemani kehadiran komika Medan, Maulana, Riski, dan Reza Kahar, dengan Cacink sebagai pemandu suasana yang menjaga tawa tetap mengalir.
Menjelang penutupan, karya visual mapping Yuri menyatu dengan bangunan dan panggung Lapangan Benteng, menciptakan atmosfer yang memukau sebelum penampilan NTZ, Dangerdope, Babaloo, dan Drs. Groove. Sorakan penonton bertahan hingga akhir acara.
“Acaranya seru banget. Senang bisa main di Soundrenaline, festival nasional yang dikenal seluruh Indonesia. Ini kesempatan besar untuk musisi lokal memperluas jaringan,” ujar NTZ.
Menuju Puncak Perayaan di Jakarta
Keberhasilan penyelenggaraan di Medan menandai lanjutan rangkaian Soundrenaline 2025 yang akan hadir di lima kota besar. Setelah Medan, perjalanan berlanjut ke Bandung (29 November), Palembang (6 Desember), dan akan ditutup di Jakarta pada 18-21 Desember. (Medcom/Z-10)
.png)
1 day ago
1




:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393654/original/047231900_1761566632-WhatsApp_Image_2025-10-27_at_6.57.20_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5394791/original/037000600_1761640597-kakseto.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4402814/original/059145300_1681978923-20230420-Pakaian-Impor-Bekas-Lebaran-Idul-Fitri-Iqbal-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393710/original/099592200_1761575550-WhatsApp_Image_2025-10-27_at_22.20.05.jpeg)








