Jakarta, CNBC Indonesia - Para finalis Lomba Cerdas Cermat APBN 2025 yang diikuti 4.300 tim para pelajar tingkat SMA/SMK/MA/sederajat mendapatkan pesan khusus dari Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.
Dalam acara akhir lomba itu, yang dimenangkan oleh MAN Insan Cendekia Kota Batam sebagai juara 1, SMAK Penabur Jakarta juara 2, MAN 2 Samarinda juara 3, dan SMAN 1 Baubau juara 4, Purbaya mengungkapkan cara para siswa-siswi dalam melihat stabilitas APBN dan bagaimana fungsinya dalam menjaga perekonomian suatu negara.
Purbaya mengatakan, untuk melihat kondisi APBN sehat atau tidak, yang harus difokuskan pertama ialah melihat kesimbangan primer. Bila terus menerus defisit, ia memastikan APBN dalam kondisi yang tidak sehat karena ekonomi tengah mengalami tekanan.
"Jadi kita lihat primary balance nya utama begitu positif kita anggap anggarannya berkesinambungan, yang lainnya kita enggak peduli. Tapi selama ini kita sering negatif terus kan, jadi anggaran kita selama bertahun-tahun didesain untuk tidak berkesinambungan, Anda tahu enggak? enggak tahu yah? memang kita enggak becus," ujar Purbaya, Rabu (26/11/2025).
"Tapi itu melihat keadaan ekonomi. biasanya kalau primary balancenya defisit artinya kita membutuhkan untuk beri dorongan ke ekonomi, biasanya kalau ekonominya susah itu kita buat defisit, tapi enggak boleh terus-terusan, kebijakan yang bagus adalah suatu saat primary balancenya dibuat positif," tuturnya.
Selanjutnya, yang kedua ialah memastikan bahwa disiplin fiskal harus terus dilakukan pemerintah untuk menjaga keyakinan investor terhadap kondisi perekonomian tanah air. Bila pakem-pakem pengelolaan keuangan negara melenceng, seperti defisit APBN di atas 3%, dan rasio utang terhadap PDB melampaui 60%, akan dipahami oleh para investor global bahwa Indonesia sudah tak lagi mampu untuk membayar utangnya alias default.
"Jadi, besaran-besaran itu dipakai oleh lembaga pemeringkat untuk melihat kesinambungan suatu anggarannya sebetulnya, untuk ukur suatu negara itu mau bayar utang atau mampu bayar utang, itu saja. Jadi walaupun utang kita besar, kalau kita mampu bayar utang ya sudah peringkatnya tetap bagus, kayak AS masih triple A (rating surat utangnya), Jerman juga, meski rasio utangnya tetap saja masih besar," papar Purbaya.
Meski demikian, Purbaya menekankan, tingkat atau rasio defisit APBN dan rasio utang itu tidak bisa mencerminkan kondisi suatu negara akan bangkrut atau tidak. Menurutnya, kondisi bangkrut tidaknya suatu negara terlihat bagaimana pemerintahnya cermat dalam mengelola fiskal sebagai lawan dari siklus ekonomi atau counter cyclical.
Ia mencontohkan, pada periode krisis moneter 1997-1998, sebetulnya Indonesia hampir saja bangkrut, karena ekonominya terperosok hingga minus 13,1%. Tapi, pemerintahan saat itu kata dia malah mengambil kebijakan yang bukan counter cyclical, melainkan mengikuti siklus pelemahan ekonomi dengan menekan ekspansi fiskal dan memperketat kebijakan moneter.
"Jadi waktu ekonomi kita turun, kita rem lebih dalam, akibatnya jatuh, hampir negara kita bubar, ekonomi kontraksi 13,1%, terdalam di kawasan padahal yang diserang kita terakhir. Itu pelajaran yang mahal sekali buat kita," ucap Purbaya.
Namun, saat menghadapi krisis keuangan global pada 2008-2009 atau yang juga dikenal dengan istilah global financial meltdown, pemerintah Indonesia kata dia sudah mulai menyadari pentingnya peran APBN sebagai counter cyclical.
Saat itu, pemerintah melakukan ekspansi besar-besaran tatkala ekonomi dunia mengalami kontraksi ekonomi. Defisit APBN dinaikan dari kisaran 1,1-1,5% PDB menjadi 2,75% PDB, dan Bank Sentral melakukan injeksi likuditas atau quantitative easing dan mengendurkan kebijakan moneter.
"Ekspansi fiskalnya, moneternya, bunganya diturunkan, uangnya digelontorkan ke sistem, semacam kalau sekarang quantitative easing, kita sudah lakuin duluan. Itu menyalamatkan kita. Jadi kebijakan fiskal yang baik menyelamatkan kita 2008-2009," papar Purbaya.
Kondisi yang sama terjadi saat 2015 tatkala periode yang dikenal dengan taper tantrum, APBN didesain untuk terus ekspansi dengan mempercepat belanja infrastruktur secara besar-besaran.
"Jadi mulai Mei 2025 belanja infrastruktur dikebut habis-habisan. Waktu itu menterinya Pak Basuki (Menteri PUPR). Kenapa saya tahun saya bisikin di sampingnya Pak Jokowi (Presiden Joko Widodo), enggak dibayar lagi, tapi fun," tegas Purbaya.
Oleh sebab itu, Purbaya menekankan, APBN memiliki peran kunci dalam menjaga stabilitas ekonomi dan ketahanan suatu negara. Untuk itu, ia berpesan kepada siswa-siswi di Lomba Cerdas Cermat APBN 2025 untuk terus menimba ilmu pengelolaan fiskal yang baik demi menjaga ibu pertiwi.
"Jadi fiskal kelihatannya santai tapi itu menentukan masa depan kita. Anda masih muda, masih SMA, madrasah, sudah mempelajarinya, ini sesuatu yang baik. Jadi itu bisa menentukan masa depan kita. Tanpa kebijakan fiskal yang baik kita enggak bisa jadi negara maju," tuturnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
.png)
7 hours ago
1




:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393654/original/047231900_1761566632-WhatsApp_Image_2025-10-27_at_6.57.20_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5394791/original/037000600_1761640597-kakseto.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4402814/original/059145300_1681978923-20230420-Pakaian-Impor-Bekas-Lebaran-Idul-Fitri-Iqbal-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393710/original/099592200_1761575550-WhatsApp_Image_2025-10-27_at_22.20.05.jpeg)








