Cara praktis orangtua & guru ajari anak akui salah dan minta maaf

1 week ago 8
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Jakarta (ANTARA) - Mengajarkan anak untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah keterampilan sosial dan emosional yang penting sejak dini.

Selain untuk memperbaiki hubungan, kemampuan ini dapat membentuk rasa empati, tanggung jawab, dan kejujuran pada anak.

Hal tersebut adalah modal penting agar anak dapat berinteraksi sehat di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.

Para ahli menekankan bahwa proses pembelajaran ini bukan sekadar melatih kata “maaf”, melainkan membangun pemahaman emosional tentang dampak tindakan terhadap orang lain.

Baca juga: Mengenal istilah "Latte Dad", parenting modern ala bapak-bapak Swedia

Baca juga: 8 ciri parenting yang membuat anak berpotensi tumbuh jadi orang sukses

Mengapa meminta maaf harus diajarkan, bukan dipaksakan?

Orang tua kerap mendorong atau memerintahkan anak untuk meminta maaf tanpa memastikan anak memahami alasannya.

Meminta maaf yang dipaksa, hanya akan menjadi formalitas verbal dan tidak mengubah perilaku atau rasa empati pada anak.

Sebaliknya, pendekatan yang mengajarkan konteks, seperti penjelasan mengapa tindakan itu menyakiti orang lain dan menjadi sebuah kesalahan, lebih efektif membentuk pengertian dan perilaku baik pada anak karena mereka memahami alasan di balik kesalahannya.

Budaya meminta maaf perlu ditanamkan sejak dini, dengan melalui contoh dan dialog dari orang dewasa, bukan hukuman secara verbal atau fisik yang kasar.

Lingkungan yang aman dan tidak menghukum secara berlebihan, dapat membuat anak lebih berani mengakui kesalahan daripada menutupinya.

Cara praktis untuk orang tua dan guru

Merangkum dari berbagai sumber, berikut rangkaian cara mendidik anak untuk berani akui kesalahan dan minta maaf tulus, yang dapat dipraktikkan di rumah atau sekolah.

1. Jadilah contoh (modeling)

Anak kerap meniru perilaku orang dewasa, seperti saat orang tua atau guru dengan tulus meminta maaf pada anak.

Misalnya setelah kehilangan kesabaran, anak belajar bahwa mengakui kesalahan bukan tanda kelemahan, namun merupakan tanggung jawab.

Contoh ini juga menunjukkan bentuk permintaan maaf yang tepat, yakni akui tindakan, nyatakan penyesalan meminta maaf, dan memperbaiki perilaku diri jadi lebih baik.

Baca juga: 'VOC parenting' atau 'gentle parenting'? Ini kata Wamendukbangga

Baca juga: Sebaiknya bijak berkomentar pada pasangan menikah

2. Jelaskan dampak tindakan, bukan hanya kata-kata

Ajak anak melihat dari sudut pandang orang yang dirugikan, seperti “Bagaimana rasanya kalau mainan kamu diambil orang lain?”.

Dengan membayangkan perasaan orang lain, hal tersebut dapat membangun rasa empati anak dan meminta maaf dengan tulus.

3. Ajarkan susunan permintaan maaf yang baik

Susunan permintaan maaf yang dimaksud yakni pengakuan tindakan (“Aku menendang mainan kamu”), ungkapan penyesalan (“Maaf ya, aku membuat kamu sedih”), dan usaha memperbaiki (“Bolehkah aku bantu memperbaikinya?”).

Dengan susunan permintaan maaf seperti ini, anak belajar bahwa meminta maaf melibatkan tanggung jawab dan perbaikan, bukan hanya ucapan saja.

4. Hindari memaksakan kata "maaf"

Dengan memaksa anak, hanya akan menghasilkan permintaan maaf yang tidak tulus.

Anak dapat dibimbing dengan pertanyaan “Apa yang terjadi tadi?", "Kalau seperti itu, menurutmu bagaimana perasaan temanmu?”.

Orangtua atau guru perlu menunjukkan sikap simpati, lalu menjelaskan masalah tersebut dan memberikan solusi.

Anak pun dapat memahami dengan baik, hingga akhirnya mereka memperbaiki kesalahannya dengan tulus.

5. Berikan pujian karena berani mengakui salah

Ketika anak berani mengakui kesalahan, berikan apresiasi, seperti “Terima kasih sudah jujur, itu hal yang berani dan bagus untuk diakui.”.

Ungkapan positif ini dapat memperkuat perilaku jujur dan mengurangi rasa takut akan konsekuensi yang diterima anak.

6. Latih tanggung jawab lewat konsekuensi yang membangun

Alihkan hukuman menjadi kesempatan memperbaiki diri bagi anak, misalnya membantu merapikan atau mengganti barang yang rusak.

Konsekuensi yang proporsional mengajarkan hubungan sebab-akibat tanpa meruntuhkan rasa aman anak terhadap orangtua dan lingkungan sekitarnya.

Perubahan perilaku tentunya membutuhkan waktu. Orangtua mesti tetap sabar, konsisten, dan menjadikan momen kesalahan sebagai kesempatan belajar bagi anak, bukan hanya memberi hukuman.

Mengajarkan anak akui kesalahan dan meminta maaf adalah proses pendidikan karakter yang memerlukan contoh, komunikasi, dan praktik berulang kali dari orang dewasa.

Dengan pendekatan yang halus dan bersimpati, anak tidak hanya akan mengatakan “maaf”, tetapi juga memahami makna kesalahannya yang tak boleh diulangi.

Baca juga: Hilangnya sosok ayah berpengaruh pada mental anak

Baca juga: Tips menerapkan "co-parenting" bagi pasangan cerai yang memiliki anak

Baca juga: Dokter anak sebut peran ayah komponen penting perkembangan anak

Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article