New York City (ANTARA) - Bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), pada Rabu (30/7) mempertahankan kisaran target suku bunga acuan federal di angka 4,25 persen hingga 4,5 persen, kendati menghadapi tekanan dan kritik keras dari pemerintahan Trump.
"Meskipun fluktuasi dalam ekspor bersih terus memengaruhi data, indikator-indikator terbaru menunjukkan bahwa pertumbuhan aktivitas ekonomi telah mengalami moderasi pada paruh pertama tahun ini. Tingkat pengangguran tetap rendah, dan kondisi pasar tenaga kerja tetap solid. Namun, inflasi tetap sedikit meningkat," papar sebuah pernyataan dari Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC).
Ketidakpastian mengenai prospek ekonomi masih tetap tinggi, menurut pernyataan itu.
Ekonomi AS berekspansi pada tingkat tahunan sebesar 3 persen pada kuartal kedua (Q2), dibandingkan dengan kontraksi 0,5 persen pada kuartal pertama (Q1), menurut data yang dirilis pada Rabu oleh Departemen Perdagangan AS.
FOMC menambahkan bahwa pihaknya "berkomitmen kuat dalam mendukung penciptaan lapangan kerja maksimum dan mengembalikan inflasi ke target 2 persen."
Indeks harga konsumen AS naik 2,7 persen pada Juni dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan merupakan kenaikan terbesar sejak Februari, yang dipandang sebagai awal dari inflasi yang disebabkan oleh tarif.
Secara khusus, di antara 12 anggota FOMC yang memberikan suara, dua orang memberikan suara untuk penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, sementara seorang anggota dewan The Fed tidak memberikan suara.
"Menurut saya, dan hampir seluruh anggota komite, ekonomi tidak menunjukkan tanda-tanda terhambat secara berlebihan akibat kebijakan restriktif, dan kebijakan restriktif yang moderat tampak tepat," ujar Ketua The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers hari Rabu.
The Fed belum menentukan apakah mereka akan memangkas suku bunga dalam pertemuan pada September, ujarnya.
"Tarif yang lebih tinggi telah mulai menunjukkan dampaknya secara lebih jelas pada harga beberapa barang, namun efeknya secara keseluruhan terhadap aktivitas ekonomi dan inflasi masih perlu diamati," kata Powell.
Dia menambahkan bahwa The Fed tidak memperhitungkan dampak perubahan suku bunga terhadap pemerintah atau kebutuhan fiskal pemerintah federal.
"Tidak ada bank sentral negara maju yang melakukan hal tersebut ... Jika kami melakukan itu, dampaknya tidak akan baik, baik untuk kredibilitas kami maupun kredibilitas kebijakan fiskal AS," kata Powell.
Trump pada Rabu kembali mendesak Powell untuk menurunkan suku bunga, menyebut soal data produk domestik bruto (PDB) yang lebih baik dari perkiraan pada Q2.
"Tidak ada inflasi! Biarkan orang membeli dan melakukan pembiayaan kembali rumah mereka!" ujar Trump dalam sebuah unggahan di media sosial.
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.