Industri fashion Indonesia terus menunjukkan geliat yang menjanjikan, baik di pasar lokal maupun internasional. Dengan kekayaan budaya, keragaman wastra, serta semakin banyaknya talenta muda yang bermunculan, Indonesia dinilai punya potensi besar untuk menjadi pemain utama di panggung fesyen global. Inovasi dan kolaborasi lintas sektor pun semakin marak, mulai dari kerja sama dengan desainer luar negeri hingga pemanfaatan teknologi dalam proses produksi maupun pemasaran.
Penerbit Vogue Singapore Bettina von Schlippe mengatakan di di talkshow JF3 Fashion Festival 2025 “Re-Crafted: a New Vision”, bahwa ia melihat perspektif yang luar biasa tersebut dari dunia fesyen Indonesia di masa depan. Dunia fesyen berkaitan dengan teknologi, ketika teknologi melesat, fesyen pun berkembang bersamanya.
“Saya ingat ketika kita pertama kali membuat digital fashion, ketika kita memulai berbicara tentang metaverse, ketika kita memulai bicara tentang bagaimana para desainer bisa dan perlu memiliki pendidikan yang berbeda untuk bisa relevan di masa depan dalam industri ini,” jelas Bettina di talkshow JF3 Fashion Festival 2025 “Re-Crafted: a New Vision” pada Rabu (30/07).
Menurut Bettina, Indonesia pun punya peluang untuk berpartisipasi dalam pembicaraan fesyen skala global dan menjadi bagian dari industri yang lebih besar.
Karena Indonesia adalah negara yang memiliki banyak potensi adaptasi dan kemauan untuk bekerja, ia melihat adanya kemungkinan yang positif untuk industri fesyen Indonesia berkembang.
“Langkah selanjutnya, dari pandangan kami adalah, untuk menulis, menginformasikan tentangnya (fesyen), untuk membangun ekosistem baru. Ini yang kita butuhkan untuk membuat industri ini berjalan selama 100 tahun, semoga,” ungkap Bettina.
Senada, Penerbit Vogue Filipina Ramon Galicia menambahkan penting bagi pelaku industri fesyen Indonesia untuk memiliki semangat keberanian jika ingin berhasil. Kemudian, Ramon juga menjelaskan bahwa kekuatan Indonesia terletak pada kekayaan kainnya.
Ia mengatakan pernah menjadi bagian dari sebuah label fesyen dan hampir sebagian besar kain yang mereka gunakan didatangkan dari Vietnam atau Cina, berbeda dengan Indonesia yang memiliki kekhasan tersendiri pada kain-kainnya.
“Indonesia memiliki peran yang kuat dalam menggunakan kain yang sangat unik dari negara-negara lain dengan bantuan teknologi-teknologi yang berbeda. Itu adalah keuntungan kompetitif Anda (Indonesia),” katanya di talkshow JF3 Fashion Festival 2025 “Re-Crafted: a New Vision” pada Rabu (30/07).
Sementara itu dari dalam negeri, Pendiri LAKON Indonesia Thresia Mareta mengatakan bahwa tantangan masa depan industri fesyen Indonesia adalah kreativitas dan imajinasi. Thresia pun menjelaskan Indonesia perlu melakukan sebuah gebrakan baru, industri ini tidak akan berhasil jika hanya melakukan repetis...