Liputan6.com, Jakarta - Hubungan antara Ira dan Hana benar-benar berakhir. Ira memutus semua ikatan, bahkan sampai memblokir akses keuangan Hana tanpa ampun. Alfin, yang mengetahui perlakuan ibunya, marah besar. Dalam diam, ia membuat keputusan: ia akan membantu Hana, apa pun risikonya.
Di tengah kekacauan itu, Alfin dipertemukan dengan Tasya—gadis tangguh yang pernah ia selamatkan dari gangguan pria iseng. Dari pertemuan yang tak disengaja, tumbuh benih hubungan yang belum mereka pahami sepenuhnya. Tanpa mereka sangka, Tasya ternyata adalah tetangga Hana.
Namun bayang-bayang bahaya mengintai.
Misa, dibakar rasa cemburu dan amarah, nekat menyusup ke rumah Tian saat rumah kosong. Dengan dingin, ia menjebak Hana hingga pingsan. Lalu, ia menyusun rencana keji: membiarkan gas menyala dan merusak microwave, berharap rumah itu akan meledak—dan Hana hilang untuk selamanya.
Namun takdir berkata lain. Alfin dan Tasya datang tepat waktu. Mereka mendobrak pintu, berlari melawan waktu, dan berhasil menyelamatkan Hana dari ambang maut.
Tapi momen itu tak berakhir bahagia.
Alfin Lampiaskan Kemarahan ke Tian
Di tengah kepanikan, Alfin melampiaskan kemarahannya pada Tian. Ia menuduh Tian lalai menjaga Hana, hingga pertengkaran hebat tak terhindarkan. Namun ketika Hana tersadar dan memarahi Alfin karena terlalu ikut campur, Alfin memilih mundur—hatinya terluka.
Di sisi lain, Misa membawa rahasia besar yang tak bisa lagi ia pendam. Dua garis merah di test pack mengonfirmasi: ia hamil. Anak itu, adalah hasil hubungannya dengan Vano.
Misa panik. Tapi di balik kekalutannya, ia juga melihat peluang: kehamilan bisa jadi penghalang perceraian dengan Tian. Ia mulai menyusun strategi agar Tian kembali tidur bersamanya—dengan atau tanpa persetujuan.
Di ruang sidang, Misa memainkan perannya dengan piawai, menangis di depan hakim, menggugah simpati, lalu diam-diam menyelinapkan obat ke dalam teh Tian. Tanpa curiga, Tian meminumnya.
Malam itu menjadi awal dari langkah gelap yang telah Misa rencanakan.