Jadi intinya...
- "Rangga & Cinta" adalah film musikal baru AADC dengan pemeran dan gaya berbeda.
- Berlatar Jakarta 2001, film ini menampilkan Cinta dan Rangga diperankan wajah baru.
- Tayang 2 Oktober 2025, film ini diharapkan memadukan nostalgia dan pembaruan.
Liputan6.com, Jakarta Sejak pertama kali teaser-nya muncul, Rangga & Cinta telah mengundang gelombang nostalgia dari penggemar Ada Apa Dengan Cinta? yang tumbuh lewat kisah remaja di awal 2000-an, namun kini hadir dalam kemasan yang sangat berbeda. Berbeda bagaimana? Film ini tak hanya menghidupkan kembali karakter-karakter legendaris, tetapi juga memperkenalkan elemen musikal dan koreografi yang memberi warna baru pada kisah klasik itu.
Pertanyaan muncul: bagaimana jadinya Rangga & Cinta bila kisah cinta remaja yang dulu lebih banyak bicara lewat dialog dan diam kini diungkap lewat lagu, puisi, dan dinamika visual yang ekspresif? Apakah versi baru ini akan menjaga aura AADC sambil membawa kejutan yang menyegarkan?
Jawabannya akan terbuka mulai 2 Oktober 2025, tanggal resmi tayang film ini di bioskop seluruh Indonesia, ketika karakter Cinta dan Rangga diperankan oleh wajah-wajah baru dan cerita lama dipoles dengan harmoni musik serta intensitas emosi yang lebih terasa. Berikut sinopsis dan fakta-fakta penting yang wajib diketahui sebelum Anda membeli tiket.
1. Cerita dan Latar Waktu Film Rangga & Cinta
Film Rangga & Cinta diposisikan di latar Jakarta tahun 2001, periode transisi pasca-reformasi yang penuh gejolak dan perubahan sosial, sehingga suasana sekolah menengah atas dan kehidupan remaja dipenuhi ketegangan sosial walaupun sebagian besar diceritakan lewat kehidupan pribadi dan pertemanan.
Karakter utama, Cinta, digambarkan sebagai siswi SMA yang kehidupannya tampak ideal; ia memiliki keluarga yang harmonis, popularitas di sekolah, sahabat yang solid, dan aktivitas kreatif sebagai anggota geng mading, namun semua itu mulai terguncang ketika sebuah kompetisi puisi diadakan dan seorang siswa misterius bernama Rangga memenangkannya.
Dari momen kemenangan Rangga dalam kompetisi puisi inilah, ketertarikan Cinta terhadap Rangga tumbuh perlahan—tanpa dipaksakan—melalui interaksi sehari-hari yang intim, pikiran yang terhubung lewat kata-kata dan ekspresi kreatif seperti puisi serta lagu, hingga muncul konflik batin antara keinginan untuk mendekat dan keengganan menyerah pada perbedaan serta tekanan lingkungan sekolah dan sosial.
2. Pemeran dan Produksi: Wajah Baru & Keterlibatan Legenda
Untuk menerjemahkan kisah klasik ke layar lebar dalam format musikal, film ini menghadirkan pemeran muda baru: El Putra Sarira sebagai Rangga, Leya Princy sebagai Cinta, dan dukungan dari Jasmine Nadya, Katyana Mawira, Kyandra Sembel, Daniella Tumiwa, serta beberapa aktor pendukung lain yang siap memberi nuansa segar.
Di belakang layar, proyek ini diinisiasi oleh rumah produksi Miles Films, dengan Mira Lesmana, Nicholas Saputra, dan Toto Prasetyanto sebagai produser; Mira Lesmana juga ikut menulis skenario bersama penulis naskah Titien Wattimena.
Sutradara film ini adalah Riri Riza, yang sudah dikenal lewat karya-karya sebelumnya sejak Kuldesak (1998) dan lewat kolaborasinya dengan Mira Lesmana; keterlibatan Nicholas Saputra yang dulu memerankan Rangga dalam AADC sebagai produser pun menambah berat ekspektasi bahwa versi ini akan menggabungkan unsur nostalgia dan standar produksi tinggi.
3. Genre, Gaya Artistik, dan Elemen Musik yang Diusung
Film ini diklasifikasikan sebagai drama romantis musikal remaja yang menonjolkan bukan hanya dialog dan chemistry antar karakter tetapi juga musik, lirik, puisi dan koreografi sebagai bagian integral pengungkapan emosi.
Berbeda dari versi orisinal Ada Apa Dengan Cinta?, Rangga & Cinta akan membungkus romansa ikonik dalam balutan musikal dan koreografi yang dinamis, menjadikan lagu dan puisi sebagai “jantung emosional” yang memperkuat kedekatan karakter dan suasana nostalgia.
Selain menampilkan nyanyian langsung oleh pemeran baru, film ini juga dipenuhi adegan khas remaja urban awal 2000-an, seperti aktivitas mading sekolah, persahabatan lintas karakter, dan konflik sosial-kultural yang ringan namun terasa nyata di latar waktu tersebut, sehingga gaya artistiknya menggabungkan estetika nostalgia dan segar sekaligus.