Liputan6.com, Jakarta - Samsung dilaporkan sudah mulai memproduksi massal flagship chipset terbarunya, Exynos 2600, pada bulan ini.
Chipset tersebut dipersiapkan untuk menjadi otak dari ponsel premium terbaru mereka, yaitu Galaxy S26 yang akan datang.
Kehadiran Exynos 2600 ini menjadi momen penting, karena menandai kembalinya seri Exynos ke lini Galaxy S setelah sebelumnya sama sekali tidak hadir di Galaxy S25.
Banyak pihak di industri teknologi kini menunggu, apakah Exynos generasi terbaru ini bisa benar-benar bersaing secara langsung dengan para rival utamanya.
Menurut laporan Korea Herald yang dikutip dari Android Police, Jumat (19/9/2025), Exynos 2600 akan diproduksi dengan teknologi fabrikasi 2nm gate-all-around (GAA) terbaru milik Samsung.
Teknologi ini disebut-sebut mampu memberikan lompatan besar dalam hal kinerja sekaligus efisiensi daya, sehingga pengguna bisa merasakan pengalaman memakai ponsel yang lebih cepat, lebih lancar, dan juga lebih hemat baterai.
Performanya Menyaingi Snapdragon 8 Elite Gen 2
Berdasarkan hasil uji awal di Geekbench, performa Exynos 2600 terlihat sangat menjanjikan. Chipset ini berhasil mencatatkan skor 3.309 untuk single-core dan 11.256 untuk multi-core.
Angka tersebut hampir menyamai skor yang dicapai dari calon pesaing utamanya, yaitu Snapdragon 8 Elite Gen 2, yang mencatatkan 3.393 untuk single-core dan 11.515 untuk multi-core.
Selain soal performa, Samsung juga terlihat serius menangani masalah panas yang sebelumnya sering dikeluhkan pengguna pada generasi Exynos terdahulu. Untuk itu, mereka menambahkan teknologi manajemen panas baru yang diberi nama “heat path block”.
Teknologi ini dirancang agar chipset bisa bekerja dengan suhu lebih rendah dan lebih efisien dalam penggunaan daya, terutama ketika dipakai untuk menjalankan tugas-tugas berat seperti bermain game atau multitasking.
Alasan Samsung Kembalikan Exynos ke Seri Flagship
Kembalinya Exynos ke seri Galaxy S ternyata bukan hanya soal meningkatkan performa. Langkah ini termasuk bagian dari strategi bisnis besar Samsung.
Dengan memakai chipset buatan sendiri, divisi ponsel Samsung bisa mengurangi ketergantungan pada pemasok eksternal seperti Qualcomm.
Selain itu, langkah ini berpotensi menekan biaya produksi dan membuat fasilitas produksi chip milik Samsung bisa digunakan lebih optimal.
Menurut analis dari Daishin Securities, langkah ini bahkan diprediksi membawa dampak positif bagi keuangan perusahaan.Mereka memperkirakan divisi Device Solutions Samsung bisa meraih keuntungan hingga USD 3,6 miliar atau sekitar Rp 59,2 triliun pada kuartal ketiga tahun ini.
Menariknya lagi, kabar lain menyebut Samsung juga sudah menerima pesanan chip dari perusahaan besar seperti Nintendo dan Tesla untuk tahun depan.
Jika benar, ini bisa menjadi dorongan besar bagi posisi Samsung di industri semikonduktor global.
Tidak Semua Model Galaxy S26 Pakai Exynos
Walau Exynos 2600 akan hadir kembali, bukan berarti semua model dan pasar akan langsung mendapatkannya.
Berdasarkan rumor yang beredar, Samsung tampaknya akan memakai strategi lama yang pernah dipakai di tahun-tahun sebelumnya.
Untuk pasar utama seperti Amerika Serikat dan Korea Selatan, kemungkinan besar Samsung tetap menggunakan varian dengan chipset Snapdragon. Sementara itu, versi dengan Exynos 2600 diprediksi akan dipasarkan di wilayah lain, seperti Eropa.
Chipset ini pun kabarnya hanya akan dipasang pada model non-Ultra, misalnya Galaxy S26 standar dan S26 Pro.
Dengan strategi seperti ini, Samsung bisa lebih fleksibel dalam menyesuaikan produknya dengan kebutuhan pasar di berbagai negara.