Liputan6.com, Jakarta Unilever Indonesia melalui brand Pepsodent bersama Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), dan Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Indonesia (ARSGMPI) meresmikan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) Tahun 2025 yang mengusung tema "Cek Gigi dan Gusi – Bebas Biaya, Bebas Cemas, Bebas Ribet."
Tahun ini, BKGN menaruh perhatian khusus pada edukasi serta pelayanan kesehatan gigi dan gusi. Hal ini didasari fakta bahwa kesehatan gusi kerap luput dari perhatian masyarakat. Lebih istimewa lagi, band legendaris GIGI turut hadir memeriahkan peresmian BKGN 2025 dengan cara unik yakni mengedukasi soal kesehatan gusi lewat lagu.
Di acara peringatan Hari Kesehatan Gigi Nasional (HKGN) sekaligus peresmian BKGN 2025, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, yang diwakilkan oleh Direktur Promosi Kesehatan dan Kesehatan Komunitas Kementerian Kesehatan RI, dr. Elvieda Sariwati, M.Epid, mengatakan masalah gigi adalah masalah kesehatan terbanyak, terutama karies atau gigi berlubang, yang ditemukan pada semua kelompok umur, mulai dari anak-anak hingga lansia. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan gigi adalah masalah penting yang harus tangani bersama, terlebih kesehatan gigi dan mulut erat kaitannya dengan kualitas hidup masyarakat.
“Kesehatan gigi dan mulut tidak hanya memberi senyum indah, tetapi juga berpengaruh pada status gizi, produktivitas kerja, prestasi anak di sekolah, bahkan dapat berhubungan dengan penyakit jantung,” jelasnya.
dr. Elvieda Sariwati mengatakan momentum BKGN menjadi sangat penting untuk meningkatkan kesadaran bersama melalui upaya promotif dan preventif. Salah satunya dengan memperkuat program kesehatan sekolah.
“Kami telah berdiskusi dengan Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama, agar kesehatan gigi bisa masuk dalam pembelajaran di sekolah, madrasah, maupun pesantren,” ujarnya.
Kemenkes turut mengapresiasi pelaksanaan MoU atau peresmian kerja sama antara PDGI, AFDOKGI, ARSGMPI, dan Unilever sebagai wujud nyata pentingnya kolaborasi baik itu antara Pemerintah, asosiasi profesi dan juga swasta dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
"Mari kita jadikan peringatan ini sebagai pengingat bahwa senyum masyarakat Indonesia adalah cermin bangsa yang kuat dan berdaya saing tinggi," ujarnya.
Pentingnya Kesehatan Gigi dan Gusi
Ketua Pengurus Besar PDGI, drg. Usman Sumantri, MSc, menerangkan tema HKGN yang dirayakan setiap tanggal 12 September mengangkat tema ‘Gigi dan Gusi Sehat, Senyum Indonesia Hebat’. Sejalan dengan itu, BKGN 2025 memberikan perhatian khusus pada kesehatan gusi karena penyakit gusi adalah permasalahan gigi kedua terbesar di Indonesia setelah gigi berlubang.
Menurut drg. Usman Sumantri, kesehatan gusi kerap terabaikan padahal berperan besar dalam menopang gigi dan menjaga fungsi mulut secara keseluruhan. kesadaran masyarakat Indonesia dalam merawat kesehatan gusi masih rendah.
"Gusi itu penyangga gigi. Kalau gusinya rusak atau sakit, mudah sekali terjadi infeksi dan bisa menyebar melalui aliran darah,” ujarnya.
"Itulah sebabnya pemeriksaan gigi dan gusi sebaiknya dilakukan minimal enam bulan sekali,” ungkap drg. Usman. Ia berharap BKGN 2025 dapat menjadi momentum edukasi bersama bahwa menjaga kesehatan mulut bukan hanya soal gigi, tapi juga gusi.
Penyakit Gusi Bisa Jadi Pintu Masuk Penyakit Berbahaya
Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia, Prof. drg. Suryono, S.H., M.M., Ph.D mengungkapkan bahwa penyakit gusi bukanlah hal sepele. Kondisi ini bisa dialami siapa saja dan memiliki tahapan yang berbeda, mulai dari ringan hingga serius.
Tahap pertama adalah gingivitis yang ditandai dengan gejala gusi bengkak, merah, atau mudah berdarah. Pada tahap ini, masalah gusi masih dapat diatasi dan bahkan bisa menjadi kembali sehat dengan perawatan yang tepat. Tahap kedua adalah periodontitis, kerusakan sudah sampai ke tulang dan jaringan pendukung gusi, seringkali bersifat irreversible, dimana gigi menjadi goyang dan akhirnya tanggal.
"Yang sangat perlu kita waspadai adalah bakteri dari gusi yang terinfeksi dapat masuk ke aliran darah dan meningkatkan risiko penyakit sistemik seperti jantung, stroke, diabetes, hingga infeksi pernafasan dan komplikasi kehamilan," ujarnya.
Karena itu, kesadaran menjaga kebersihan mulut menjadi kunci utama. Prof. Suryono memberi contoh sederhana dari kebiasaannya sendiri, yang selalu rajin membawa sikat gigi. "Jadi ke mana pun saya pergi, saya pasti bawa sikat gigi. Bahkan setelah makan siang pun saya selalu gosok gigi,” pungkasnya.