Jakarta (ANTARA) - Ekonom Universitas Indonesia Ahmad Mikail Zaini berpendapat rencana penerbitan Patriot Bond oleh BPI Danantara Indonesia senilai Rp50 triliun mampu menghadirkan efek berganda (multiplier effect) bagi perekonomian nasional sekaligus mendukung agenda lingkungan.
Dia meyakini dana besar milik pengusaha nasional sebaiknya tidak dibiarkan mengendap di luar negeri.
“Daripada dana triliunan rupiah milik pengusaha nasional tersimpan di luar negeri, lebih baik ditempatkan di instrumen yang memberi manfaat ganda,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, investasi melalui Patriot Bond tidak hanya menawarkan imbal hasil yang aman, tetapi juga mendorong sektor energi terbarukan, industri ramah lingkungan, serta penciptaan lapangan kerja baru.
Instrumen ini dinilai strategis karena diarahkan pada pendanaan proyek-proyek lingkungan, mulai dari pengelolaan sampah menjadi energi hingga teknologi hijau yang mendukung transisi energi nasional.
Zaini menambahkan momentum penerbitan Patriot Bond saat ini sangat relevan mengingat urgensi isu lingkungan.
Dalam konteks ini, Patriot Bond hadir sebagai cara inovatif untuk menjawab kebutuhan isu lingkungan yang membutuhkan modal besar.
Chief Economist Sucor Sekuritas ini juga berpandangan Patriot Bond juga bisa menjadi bentuk tanggung jawab sosial (CSR) bagi kalangan pengusaha.
“Pembiayaan pembangunan nasional akan dapat topangan dari CSR-nya para pengusaha Indonesia, bahkan mungkin juga negara asing. Patriot Bond ini membentuk kepedulian sosial kalangan pengusaha berpartisipasi dalam pembangunan lingkungan dan energi,” kata Zaini.
Ia pun menyebut investasi ini termasuk kategori aman. Sebab, "return" investasi bisa dikategorikan baik dan aman dalam bisnis daur ulang sampah maupun energi masa depan.
Dalam Patriot Bond, kata dia, ada jaminan jelas dapat kembali modal beserta imbal hasilnya. “Apalagi kita semua tahu bahwa keuangan Danantara amat kuat,” tambah dia.
Selain itu, ruang pembiayaan melalui pasar obligasi di Indonesia dianggap masih sangat terbuka.
Berdasarkan data Asian Development Bank (ADB), porsi obligasi korporasi di Indonesia baru sekitar 2,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
“Angka ini menunjukkan potensi besar bagi ekspansi instrumen seperti Patriot Bond,” tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, Chief Investment Officer Danantara Indonesia Pandu Sjahrir mengungkapkan rencana penerbitan Patriot Bonds, sebuah instrumen pembiayaan yang ditujukan guna memperkuat kolaborasi antara pemerintah dan dunia usaha.
Patriot Bond merupakan instrumen pembiayaan strategis yang lazim digunakan di berbagai negara, seperti Jepang dan Amerika Serikat (AS) untuk memperkuat kemandirian pembiayaan nasional.
Melalui obligasi tersebut, negara memperoleh sumber pendanaan jangka menengah hingga panjang yang stabil, sementara pelaku usaha memiliki akses pada instrumen investasi yang aman dan bermanfaat bagi perekonomian nasional.
Baca juga: Ekonom: Patriot Bond jadi jalan keluar dana mengendap di luar negeri
Baca juga: Kemarin, soal bebas PMK tanpa vaksinasi hingga strategi kejar pajak
Baca juga: Danantara siapkan Patriot Bonds guna dukung pembangunan RI
Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.