Novel Pramoedya Ananta Toer Jadi Alat Bukti Kasus Demo, KIKA: Kemunduran Demokrasi

23 hours ago 2
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

KAUKUS Indonesia untuk Kebebasan Akademik (KIKA) melihat tindakan aparat menjadikan buku sebagai alat bukti untuk menjerat tindak pidana seseorang sebagai kemunduran serius dalam demokrasi.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Presedium KIKA Dodi Faedlulloh menilai langkah polisi yang dengan bangga memamerkan buku-buku sitaannya dalam konferensi pers juga menunjukan adanya pembungkaman kebebasan akademik secara telanjang. 

"Apalagi karya sastra sekelas tetralogi Pramoedya Ananta Toer, seharusnya menjadi ruang untuk memperluas imajinasi, berpikir kritis, dan memperkaya peradaban bangsa," kata dia melalui pesan tertulis pada Jumat, 19 September 2025.

Pada Rabu, 17 September 2025, Kepolisian Daerah Jawa Barat menunjukan sejumlah barang bukti dalam penetapan 42 tersangka perusuh unjuk rasa 29-30 Agustus silam. Di antara sederet alat bukti itu terdapat sejumlah buku yang turut disita.

Salah satunya novel berjudul Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer. Buku ini merupakan bagian kedua dari series tetralogi Buru yang sangat terkenal dan pernah dilarang beredar pada masa orde baru. 

Sebelumnya, Polda Metro Jaya lebih dulu menyita sejumlah buku saat menggeledah rumah Direktur Lokataru Foundation Delpedro Marhaen pada Kamis, 4 September 2025. Adapun Delpedro ditangkap dengan alasan telah menghasut dan mengajak sejumlah pelajar, termasuk anak di bawah 18 tahun, untuk melakukan “aksi anarkis” lewat media sosial.

Menurut Dodi, mengkategorikan buku sebagai barang bukti tindakan kriminal justru menegaskan adanya sisa-sisa mentalitas otoritarian Orde Baru yang masih bercokol dalam institusi negara.

Pada era pasca-reformasi, Dodi memaparkan praktik serupa sebetulnya beberapa kali terjadi, antara lain, pelarangan dan penyitaan buku-buku bertema kiri oleh Kejaksaan Agung pada 2009, pembubaran diskusi buku Tan Malaka karya Harry A. Poeze, hingga berbagai sweeping buku yang dianggap “berbau komunisme” di beberapa daerah. 

Bagi Dodi, hal ini menunjukan Indonesia sejatinya belum pernah benar-benar beranjak dari masa lalu. "Pola yang berulang ini menunjukkan ada trauma politik masa lalu dijadikan justifikasi untuk mengekang kebebasan berpikir generasi sekarang," tutur dia. 

Dodi berpendapat keleluasaan aparat menjadikan buku sebagai instrumen untuk menuduh seseorang bertindak anarkis disebabkan oleh dua hal. Pertama, lemahnya literasi aparat penegak hukum dalam memahami posisi pengetahuan dan karya sastra.  "Mereka keliru menempatkan bacaan sebagai ancaman," katanya. 

Sementara poin kedua, adanya pembiaran dari pemimpin negara terhadap kecenderungan tindakan represif terhadap sikap kritis. Pemerintah, kata dia, acap kali memolesnya dengan dalih keamanan negara.

"Padahal dalam negara demokrasi, justru keterbukaan pada ragam bacaanlah yang memperkuat daya tahan bangsa terhadap ide-ide antidemokratis," ujar Dodi. 

Read Entire Article