Menteri Wihaji Targetkan Prevalensi Stunting 18,8 Persen di 2025, Provinsi Ini Jadi Prioritas

10 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga) Wihaji menargetkan prevalensi stunting turun dari 19,8 persen di 2024 menjadi 18,8 persen di 2025.

“Prevalensi stunting di 2024 adalah 19,8 persen, sementara di 2025 kita ditargetkan 18,8 persen. Di 2029, 14 persen,” katanya dalam Genting Collaboration Summit di Jakarta, Rabu (10/12/2025).

Untuk mengejar target ini, ada dua lokasi yang diprioritaskan. Yakni Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Jawa Barat (Jabar). Bukan tanpa alasan, kedua wilayah ini punya angka stunting tinggi dan penduduk yang banyak.

“Ada dua lokasi yang kita prioritaskan, pertama NTT. Kenapa NTT? Karena NTT termasuk yang lumayan kasus stuntingnya. Yang kedua Jawa Barat, kenapa Jawa Barat? Penduduk paling banyak di Indonesia itu di Provinsi Jawa Barat, jadi kalau menyelesaikan Jawa Barat, prevalensinya inshaAllah berkurang,” ujar Wihaji.

Dia menilai, hal yang paling penting untuk ditingkatkan di kedua wilayah ini adalah edukasi. Pasalnya, ada beberapa pengetahuan masyarakat yang kurang utuh terkait stunting.

“Maka di NTT saya kemarin mengajak para tokoh agama, pendeta, pastor, kyai saya kumpulin semua bersama Pak Gubernur untuk kita kerja bareng-bareng, kita kasih edukasi,” jelasnya.

Singgung Soal Kekayaan Alam NTT

Wihaji menilai, secara kekayaan alam, NTT adalah wilayah yang baik karena berada di dekat laut.

“Secara alam sebenarnya NTT ini kan lumayan dekat laut, banyak ikan juga. Tapi perlu ada beberapa penjelasan yang nanti menjadi semangat bersama bahwa ini yang perlu dikerjakan, ini yang perlu dilakukan.”

“Kadang-kadang yang didengar itu tokoh-tokoh masyarakat, maka saya libatkan para pendeta, para pastor, tokoh agama lain yang saya libatkan salah satunya untuk edukasi,” jelasnya.

Selain edukasi, tantangan lain yang ditemui khususnya di NTT adalah soal ketersediaan air bersih.

“NTT ada beberapa yang (bermasalah) dengan air bersih, di Rote air bersihnya agak kurang jadi kita butuh support air bersih. Sanitasi dan MCK (Mandi Cuci Kakus), ada beberapa yang enggak punya.”

Permasalahan Gizi di NTT

Senada dengan Wihaji, Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Ende, Maria A. Eka, mengungkap permasalahan gizi di Ende, NTT masih terbilang lengkap.

Ini menunjukkan, memiliki kekayaan sumber pangan yang melimpah tak menjamin anak-anak di Ende, NTT, terhindar dari permasalahan gizi.

“Ada wasting (berat badan turun cepat), stunting, underweight (berat badan kurang). Ada juga gizi buruk, gizi kurang, lengkap lah permasalahan status gizi di sini. Bahkan ada juga overweight (kegemukan) jadi lengkap,” jelas Maria kepada Health Liputan6.com saat ditemui di kantor Wahana Visi Indonesia (WVI) Ende, NTT, Rabu (5/3/2025).

Ironisnya, berbagai permasalahan gizi yang dialami anak-anak Ende tidak sejalan dengan kekayaan pangan yang dimiliki.

“Kalau kita bicara tentang pangan, saya kira Ende tidak ada daerah yang minus pangan, semua kita surplus. Ende adalah daerah subur dari ujung timur ke barat walaupun tidak sama setiap daerah, tapi kebutuhan lokal itu pasti ada (terpenuhi).” 

Maria menerangkan, Ende adalah kabupaten yang dilingkari oleh lautan. Artinya, sumber pangan laut tersedia dengan baik. Begitu pun di pedalaman, ada budidaya pemeliharaan ayam, udang sawah, ikan air tawar, yang didukung berbagai program pengembangan.

Lantas, apa biang kerok dari munculnya permasalahan gizi anak Ende?

Orang Tua Sibuk Bertani hingga Lupa Status Gizi Buah Hati

Melihat melimpahnya sumber pangan untuk anak-anak di Ende, Maria menarik simpulan bahwa masalah gizi yang mereka hadapi bukanlah akibat kekurangan makanan.

“Kita menarik kesimpulan bahwa ini karena pola asuh,” ucap Maria.

Khususnya pola asuh saat orang tua disibukkan dengan pekerjaannya. Para orang tua di beberapa daerah memang memiliki mata pencaharian sebagai petani.

Ketika musim tanam tiba, sebagian besar warga harus meninggalkan kampung untuk pergi ke kebun. Jarak dari kampung ke kebun yang tak dekat membuat mereka terpaksa bermalam di sana. Bukan sehari dua hari, tapi bisa lebih dari sebulan.

Sebagian orang tua membawa serta anaknya ke kebun, sebagian lainnya menitipkan buah hati di kakek neneknya.

Pada saat inilah pengasuhan anak tidak dilakukan dengan baik, termasuk soal pemenuhan kebutuhan nutrisinya. Baik bagi anak yang dibawa ke kebun, maupun bagi anak yang ditinggal di kampung.

“Pada bulan-bulan orang tua sibuk, itu status gizi anak anjlok. Terutama di daerah-daerah yang mata pencahariannya bertani,” kata Maria.

Dia bahkan menyebut daerah di Ende sebagai Surga Firdaus karena berbagai tanaman tumbuh dengan subur di sana.

“Itu daerah-daerah subur, hijau, yang semua lengkap, apalagi sayuran hijau. Tapi pengetahuan untuk mengolah masih sangat minim dan tidak adanya waktu untuk memberikan ke anak.”

“Kemarin saya tanya ‘bagaimana sih proses kalian mengerjakan sawah sehingga anak bisa ditelantarkan sampai anjlok (status gizinya)’,” ujarnya.

Maria pun mencari tahu alasan di balik lamanya masa tanam sehingga para orang tua harus meninggalkan kampung hingga lebih dari sebulan.

“Mereka itu punya grup-grupan tanam, misalnya kita berlima punya sawah masing-masing sehingga kita saling membantu. Sebetulnya kalau mengerjakan satu sawah milik sendiri saja, maka waktunya hanya seminggu, tapi karena bekerja sama jadi lima minggu (karena harus bantu sawah yang lain).”

“Bisa dibayangkan, lima minggu menelantarkan anak, dibiarkan dengan tetangga atau dengan nenek-nenek, ternyata di situ (alasannya),” papar Maria.

Maria pun menyarankan, anak-anak yang di bawah usia sekolah sebaiknya dibawa serta ke kebun dan dibuatkan kelompok khusus yang fokus mengurus penyediaan makanan bernutrisi.

“Sehingga, ya silakan sebagian urus soal tanam atau panen, nah kelompok khusus ini kumpulkan para anak, urus, kasih makan,” pungkasnya.

Read Entire Article