INFO NASIONAL - Perubahan iklim, gejolak harga pangan global, dan tekanan urbanisasi menuntut Indonesia untuk semakin kuat dan adaptif dalam menjaga ketahanan pangan. Dengan langkah-langkah yang telah dimulai, dari pertanian sirkular, dukungan inovasi, hingga kampanye anti-food waste, maka fondasi ketahanan pangan Indonesia dapat semakin kokoh.
Utusan Khusus Presiden Bidang Ketahanan Pangan (UKP BKP) Muhamad Mardiono mengatakan, ketahanan pangan bukanlah tujuan akhir, melainkan proses panjang membangun peradaban. "Peran UKP BKP menjadi garda terdepan untuk memastikan bahwa setiap warga Indonesia tidak hanya bisa makan, tetapi makan dengan layak, sehat, dan berkelanjutan," kata Mardiono.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Sejak dilantik pada 22 Oktober 2024, Mardiono menjalankan mandat strategis untuk memastikan kebijakan, inovasi, dan kolaborasi pangan berjalan selaras menuju satu arah, yaitu Indonesia yang tahan, tangguh, dan berdaulat pangan. Kiprah UKP-BKP tidak berhenti pada level kebijakan, melainkan turun langsung ke sawah, peternakan, dan dapur inovasi pangan, demi memastikan gagasan besar itu benar-benar berakar di tanah.
Dalam kurun waktu setahun masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, UKP BKP telah melaksanakan 32 kegiatan. Rinciannya, membantu kerja sama pemerintah dan negosiasi (16 kegiatan), meningkatkan inovasi ketahanan pangan (15 kegiatan), dan satu pertimbangan strategis. Adapun kegiatan prioritas dalam program unggulan swasembada pangan sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, antara lain pengembangan kelembagaan ekonomi, regenerasi sumber daya manusia, riset, inovasi, modernisasi, serta digitalisasi pertanian dan perikanan yang adaptif dan inklusif; pengembangan sistem budidaya pertanian berkelanjutan; pengembangan pangan akuatik, pangan lokal, dan pangan nabati; penganekaragaman konsumsi pangan, dan sebagainya.
Setiap turun ke lapangan, Mardiono mendorong gagasan pertanian sirkular terintegrasi yang menggabungkan pertanian dan peternakan dalam satu ekosistem yang saling menopang. "Jangan sampai konsep hanya di level ide atau eksperimen," katanya. "Harus dipraktikkan karena menjadi solusi nyata keberlanjutan pangan."
Dalam beberapa kesempatan, Mardiono turun ke sawah dan berdialog dengan para petani untuk menunjukkan bahwa pemerintah hadir, mendengar, dan belajar dari mereka. Tak jarang dia mendapatkan keluhan tentang pupuk mahal, irigasi rusak, hingga harga jual yang fluktuatif. Dari situ, menurut Mardiono, muncul banyak rekomendasi yang kemudian dibawa ke tingkat kebijakan.
Mardiono mendukung inovasi yang muncul dari anak muda kreatif di bidang pertanian. Sejumlah terobosan yang diciptakan, misalnya menciptakan pupuk hayati, sistem irigasi pintar, hingga aplikasi digital untuk mempertemukan petani dan pasar. Sayangnya, kata Mardiono, inovasi ini kurang mendapatkan dukungan, ibarat bunga layu sebelum mekar.
Merespons kondisi tersebut, Mardiono memberikan dukungan kepada para inovator pertanian. Dukungan tidak selalu dalam bentuk dana, tetapi juga advokasi, jejaring, dan pengakuan pemerintah. UKP BKP menginisiasi forum kolaboratif yang mempertemukan para inovator muda dengan pihak swasta, lembaga penelitian, dan pemerintah daerah.
Tak hanya fokus pada hulu pangan, UKP BKP memberikan perhatian pada hilirisasi produk pertanian. Tujuannya, memastikan agar petani tidak hanya menjadi produsen bahan mentah, tetapi juga bisa menikmati nilai tambah dari hasil olahan. Diversifikasi pangan local juga penting agar tidak bergantung pada satu jenis pangan. Pandemi, perubahan iklim, dan ketidakpastian global telah membuktikan bahwa ketergantungan pada beras adalah risiko besar bagi ketahanan pangan.
Food waste atau pemborosan makanan turut menjadi masalah serius di Indonesia karena mencerminkan seberapa bijak masyarakat mengelola makanan. Bagi Mardiono, food waste bukan sekadar persoalan etika, namun juga turut membuang energi, air, dan sumber daya. Oleh sebab itu, UKP BKP menggagas gerakan "Perubahan Budaya Pangan" untuk menanamkan kesadaran sejak dini tentang pentingnya menghargai makanan. Kampanye dilakukan melalui sekolah, lembaga masyarakat, hingga acara publik dengan pesan sederhana yang kuat, seperti ambil secukupnya dan habiskan yang diambil. (*)
.png)
4 weeks ago
8



:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5301737/original/000530900_1753954594-WhatsApp_Image_2025-07-31_at_16.23.30_0e70084e.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5394791/original/037000600_1761640597-kakseto.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393654/original/047231900_1761566632-WhatsApp_Image_2025-10-27_at_6.57.20_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393710/original/099592200_1761575550-WhatsApp_Image_2025-10-27_at_22.20.05.jpeg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4402814/original/059145300_1681978923-20230420-Pakaian-Impor-Bekas-Lebaran-Idul-Fitri-Iqbal-1.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393482/original/049060900_1761556475-hl2.jpg)





