Jakarta (ANTARA) - Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim menyoroti perlunya penyelesaian secara damai untuk mengatasi konflik yang berkaitan dengan wilayah perbatasan dua negara.
"Kita harus mencari penyelesaian konflik secara damai," kata Anwar Ibrahim dalam tanggapannya usai Pidato Kebijakan di Sekretariat ASEAN di Jakarta, Selasa.
Pernyataan itu disampaikan Anwar untuk menanggapi pertanyaan tentang cara-cara yang perlu dilakukan untuk menangani isu perbatasan yang disengketakan, menyusul ketegangan yang terjadi di wilayah perbatasan Kamboja dan Thailand.
Dalam penjelasannya, ia mencontohkan penyelesaian damai yang berhasil diupayakan dalam sengketa wilayah perbatasan antara Malaysia dan Indonesia.
"Di Parlemen, ketika anggota Partai Islam oposisi mulai menyerang saya tentang Sulawesi dan Ambalat, dan mereka berkata: 'Tidak, kamu harus menyerah'. Bukan menyerah. Saya bilang: 'Kamu punya pilihan. Kamu berperang, atau kamu bernegosiasi'," ujarnya.
Ia menekankan bahwa Malaysia memilih jalur negosiasi untuk menyelesaikan sengketa perbatasan tersebut.
Kemudian, Malaysia juga mendasari proses negosiasi tersebut pada Konvensi Hukum Laut (UNCLOS) yang ditetapkan pada 1982, beserta perjanjian-perjanjian dan insiden-insiden historis lain sehingga menemukan titik penyelesaiannya.
"Beberapa orang harus memilih jalur negosiasi, dan itulah yang kami lakukan," kata PM Malaysia tersebut.
Baca juga: PM Malaysia minta ASEAN fokus bangun ekonomi yang lebih terintegrasi
Ia mengaku optimistis bahwa seperti halnya Malaysia, Indonesia dan negara-negara lain di ASEAN juga memiliki alasan yang sangat baik untuk menyelesaikan isu perbatasan melalui jalur damai.
"Jadi, fokuslah pada sisi positifnya, area perbatasan mana yang bisa segera kita selesaikan, dan tunda yang tidak bisa kita selesaikan," tuturnya.
"Namun, ini seharusnya bukan masalah yang dapat menciptakan perbedaan, dan harus ada, seperti yang telah saya katakan, kewarasan dalam artian menghormati perbedaan-perbedaan ini untuk sementara waktu, dan tidak dianggap memprovokasi secara tidak perlu," imbuhnya.
PM Malaysia tersebut mengaku senang bisa mencapai kesepakatan damai dalam hal itu.
"Nah, kalau ini masalah, bicara masalah, memang ada masalah. Tim yang menanganinya, dan saya sangat optimistis ini bisa diselesaikan. Meskipun kita tidak bisa, karena kita belum menyelesaikannya dalam 60 tahun terakhir, itu tidak berdampak buruk pada hubungan kita," kata Anwar.
Saat ini, ia mengakui hubungan antara kedua negara berada dalam hubungan yang baik, ada rasa saling percaya satu sama lain. Ia optimistis masalah lainnya juga bisa diselesaikan dengan baik.
Baca juga: PM Malaysia: Sentralitas ASEAN semakin penting di tengah fragmentasi
"Jadi, saya pikir itulah posisi yang seharusnya diambil, dan saya sangat beruntung bahwa ini adalah posisi yang diambil oleh kita semua, negara-negara tetangga kita di ASEAN," ujarnya.
Sebagai Ketua ASEAN 2025, Anwar sebelumnya telah membantu penyelesaian secara damai dalam konflik yang terjadi antara Kamboja dan Thailand.
Gencatan senjata antara Kamboja dan Thailand berlaku tepat pada penghujung Senin pukul 24:00 waktu setempat menyusul pertempuran bersenjata sejak pekan lalu.
Perkembangan itu berlangsung setelah kedua negara yang bersengketa menyepakati gencatan senjata "segera dan tanpa syarat" dalam negosiasi damai di Kuala Lumpur, Malaysia.
Anwar mengumumkan bahwa pihak berseteru setuju mengakhiri pertempuran setelah dirinya memfasilitasi pertemuan antara PM Kamboja Hun Manet dan penjabat PM Thailand Phumtham Wechayachai.
Baca juga: Prabowo perlihatkan album foto kunjungan ke PM Anwar sebelum berpisah
Baca juga: PM Anwar sebut isu batas laut Malaysia-RI telah diurai
Pewarta: Katriana
Editor: Martha Herlinawati Simanjuntak
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.