Pembinaan Nasional I Awardee Beasiswa Zakat Indonesia (BeZakat) Sesi Yogyakarta pada 21–23 November 2025.(MI/HO)
KEMENTERIAN Agama RI, melalui Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf, Ditjen Bimas Islam, menggelar Pembinaan Nasional I Awardee Beasiswa Zakat Indonesia (BeZakat) Sesi Yogyakarta pada 21–23 November 2025. Program ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat transformasi mustahik menuju muzaki melalui penguatan kapasitas akademik, pembentukan karakter, serta peningkatan kepemimpinan mahasiswa penerima beasiswa zakat.
Pelaksanaan pembinaan yang berlangsung selama tiga hari ini diikuti 75 awardee dari 15 perguruan tinggi. Konsentrasi peserta terbesar berasal dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan 20 peserta dan UIN Malang dengan 13 peserta, sementara kampus-kampus besar seperti UGM, ITS, UNDIP, UNAIR, UB, dan berbagai PTKIN lainnya turut terlibat dalam program ini.
Kehadiran peserta yang beragam menunjukkan komitmen bersama untuk melahirkan generasi penerus yang berdaya dan berkontribusi dalam penguatan ekosistem zakat nasional.
Pada sesi pembukaan, Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf, Dr. Waryono Abdul Ghafur, menegaskan bahwa pendidikan adalah pilar penting yang mampu mengubah posisi mustahik menjadi muzaki. Ia mengingatkan bahwa perubahan pemahaman harus diletakkan sebagai langkah awal sebelum mahasiswa menerima manfaat zakat.
“Sebelum menerima zakat, teologinya harus benar. Jangan sampai ada pikiran bahwa ‘miskin adalah takdir’. Pendidikan adalah investasi yang dalam lima hingga enam tahun dapat mengubah mustahik menjadi muzaki,” tutur Waryono.
Ia berharap para awardee dapat tumbuh dengan mindset progresif, membangun jejaring lintas kampus, dan berperan aktif dalam penguatan ekosistem zakat nasional.
Penguatan SDM zakat juga disoroti oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI, Prof. Kamaruddin Amin, yang menekankan pentingnya penguasaan bahasa, karakter, dan jejaring profesional sebagai modal utama kesuksesan masa depan.
Ia mengingatkan bahwa apa yang dilakukan mahasiswa hari ini akan menentukan posisi mereka lima tahun ke depan.
“Bahasa Inggris, Arab, bahkan Mandarin adalah nilai tambah yang besar,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan, tetapi juga integritas, nilai, serta jejaring profesional yang berkualitas.
Dukungan berbagai pihak membuat program ini semakin kuat. Lebih dari 15 Lembaga Amil Zakat (LAZ) nasional berperan sebagai Dewan Penyantun BeZakat, dipimpin oleh Baznas RI yang mendampingi 12 awardee.
Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) dan Nurul Hayat masing-masing mendampingi 11 peserta, disusul Lazismu dengan 10 awardee dan LMI/Ukhuwah Islamiyah dengan 9 awardee.
Selain itu, BSI Maslahat dan Baitul Maal Brilian (YBM Brilian) masing-masing turut mendampingi 8 peserta, sementara lembaga seperti Dompet Dhuafa, BMH, LAZ Dewan Dakwah, dan Yayasan Rumah Amal ikut memperkuat dukungan bagi keberlanjutan program. Kolaborasi kolektif ini memperteguh posisi BeZakat dalam membangun ekosistem zakat pendidikan yang berkelanjutan.
Selama pembinaan berlangsung, para awardee mengikuti materi yang mencakup penguatan ruhani, pemetaan bakat, kepemimpinan transformatif, kecemerlangan akademik, dan orientasi penyantun.
Proses pembinaan ini menghasilkan capaian signifikan berupa tersusunnya Rencana Aksi Individu yang mencakup aspek ruhani, akademik, sosial, dan kepemimpinan.
Selain itu, jejaring lintas kampus dan lembaga penyantun terbentuk dengan lebih solid, motivasi awardee untuk menjadi duta zakat meningkat, dan sejumlah inisiatif proyek sosial kampus mulai dirancang sebagai bentuk tindak lanjut pembinaan.
Seluruh proses ini sekaligus memperkuat implementasi UU 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat, khususnya dalam upaya pendayagunaan zakat untuk peningkatan kualitas umat melalui jalur pendidikan.
Menutup rangkaian kegiatan, Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf kembali menegaskan komitmennya untuk memperluas dan memperkuat pembinaan BeZakat sebagai bagian dari upaya membangun SDM mustahik yang mandiri dan berdaya saing.
“Pembinaan ini memastikan zakat tidak berhenti pada bantuan konsumtif, tetapi menjadi motor lahirnya generasi muda yang unggul dan mandiri,” ujar Waryono.
Program ini menjadi bukti bahwa zakat bukan sekadar instrumen bantuan sosial, melainkan investasi jangka panjang untuk membentuk generasi penerus bangsa yang kuat secara akademik, matang secara karakter, dan siap berkontribusi sebagai muzaki di masa depan. (Z-1)
.png)
1 day ago
2




:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5394791/original/037000600_1761640597-kakseto.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4402814/original/059145300_1681978923-20230420-Pakaian-Impor-Bekas-Lebaran-Idul-Fitri-Iqbal-1.jpg)






:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4877931/original/050815100_1719560595-fotor-ai-2024062814402.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5399871/original/087136600_1762030910-Real_Madrid_s_Kylian_Mbappe__centre_left__celebrates_with_Eder_Militao_valencia.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5399867/original/092098400_1762030524-AP25305750064045.jpg)



