Liputan6.com, Jakarta Operasi plastik alias oplas seolah jadi tren di kalangan artis Indonesia dalam beberapa tahun terakhir dari sedot lemak hingga rhinoplasty (memperindah bentuk hidung). Sejumlah artis mengatakan memoles hidung karena punya riwayat sinus dan sebagainya.
Biaya oplas tidak bisa dibilang murah. Baru-baru ini, Asri Welas menempuh oplas berbiaya Rp500 juta. Beredar pula kabar seorang penyanyi oplas di Korea Selatan dengan biaya hampir Rp1 miliar. Walhasil, persepsi yang terbentuk di masyarakat, oplas hanya untuk mempercantik diri.
Oplas tak jauh dari upaya memperbesar payudara, bokong, atau memancungkan hidung. Padahal, fungsi oplas sejatinya bukan cuma itu. Hal ini diungkap dokter sekaligus influencer dr. Vania Aramita Sari, Sp.B.P.R.E., Subsp.E.L.,(K).
“Bedah plastik itu sebenarnya, seperti gelar dokternya, rekonstruksi dan estetika, tujuan utamanya mengembalikan fungsi. Saya sebut saja salah satu contoh, tummy tuck. Jadi tummy tuck orang tahunya untuk kurus dan menghilangkan lemak,” katanya.
Padahal, fungsi utama tummy tuck menyatukan kembali otot yang merenggang karena banyak faktor misalnya hamil dan bersalin atau riwayat tumor. Mengingat, otot yang meregang bisa mengganggu fungsi tubuh misalnya sulit menahan buang air kecil (inkontinensia urine).
Operasi plastik populer dilakukan oleh artis hingga orang biasa di Korea Selatan. Meski begitu, artis di Korea Selatan ini tak pernah lakukan oplas.
Angelina Jolie Hingga Song Hye Kyo
Contoh lain, operasi sedot lemak atau liposuction yang selama ini identik dengan tujuan melangsingkan tubuh. Vania Aramita mengingatkan, lemak faktor inflamasi. Liposuction dilakukan untuk menekan inflamasi dalam tubuh pasien karena riwayat kesehatan tertentu.
Kembali ke oplas, tugas besar dokter saat ini meluruskan persepsi dan merasionalisasi harapan pasien. Tak jarang, orang ingin oplas karena harapan agar punya hidung dan bibir seseksi Angelina Jolie. Atau, ingin struktur muka mirip Song Hye Kyo bahkan IU.
Inilah salah kaprah yang selama ini beredar. Belum lagi era medsos membuat arus informasi dan standar kecantikan makin “tak terkendali.” Berkaca pada pengalaman, Vania Aramita mengaku ada banyak pasien ingin oplas agar mirip artis idolanya.
“Mungkin ada sekitar 40 persen, cukup banyak. Tugas kami sebagai dokter tahu kapan saatnya bilang stop dan kapan bilang enggak. Jadi kami enggak bisa mengiakan semua keinginan pasien,” ujar Vania Aramita seraya menggrisbawahi pentingnya edukasi.
“Jadi kami memang melakukan kampanye bedah plastik untuk kesehatan. Rata-rata dulu pasien belum tahu. Kini, banyak orang sadar. Yang menjalani bedah plastik itu enggak melulu artis atau orang terkenal,” sambung dokter Spesialias Bedah Plastik lulusan Universitas Indonesia itu.
Ledakan Kpop dan Standar Kecantikan Artis
Selain edukasi, kunci lain sebelum menempuh tindakan oplas adalah konsultasi. Ini tidak boleh di-skip. Tujuannya, menyamakan persepsi antara dokter dan pasien, sehingga ada kalanya dokter menolak apabila harapan pasien terlalu tinggi.
“Jadi kami tidak bisa selalu mengiakan keinginan pasien. Yang penting, memberi harapan yang bisa diwujudkan dokter karena kita tahu tindakan kedokteran ada risikonya. Oplas itu tidak melulu soal standar kecantikan,” Vania Aramita mengingatkan.
Dengan “ledakan” drakor dan Kpop, kini standar kecantikan masyarakat Indonesia berkiblat ke Korea Selatan. Vania Aramita mengingatkan, tidak semua standar kecantikan itu cocok diaplikasikan ke wajah kita. Tiap wajah adalah unik dan punya karakter sendiri.
Pertanyaannya, kapan sebaiknya oplas? “Itu kembali ke diri kita masing-masing. Jadi kita enggak bisa menghakimi orang enggak melakukan operasi plastik berarti dia kurang tahu diri atau sebaliknya, melakukan bedah plastik itu tidak mensyukuri diri,” ulasnya.
Vania Aramita dan tim biasanya akan bertanya kepada pasien apa alasan di balik melakukan bedah plastik? “Alasan paling baik adalah untuk (kesehatan) diri sendiri. Bukan untuk suami atau memenuhi standar kecantikan yang sedang tren,” urai Vania Aramita.
Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Oplas
Hal lain yang tak boleh di-skip, pemeriksaan kesehatan jelang oplas seperti hemoglobin, fungsi hati, fungsi ginjal dan sebagainya. Dengan pemeriksaan kesehatan itu seseorang bisa mengurangi risiko yang mungkin terjadi sebagai komplikasi dari tindakan oplas.
Gara-gara rajin menggemakan pesan oplas demi faktor kesehatan, Vania Aramita kini dijuluki influencer. Ndilalah, akun Instagram terverifikasinya punya pengikut hingga belasan ribu. Vania Aramita tak masalah dilabeli influencer alias pemengaruh.
“Influencer kesehatan lebih tepatnya. Saya ingin memengaruhi masyarakat lebih melek kesehatan, lebih tahu oplas itu apa, supaya enggak ada salah kaprah. Sekarang dokter-dokter harus mengedukasi masyarakat. Karena semua melihat dari medsos,” paparnya.
Vania Aramita menyampaikan ulasan ini di sela...