ADVOKAT Subhan Palal menggugat Gibran Rakabuming Raka secara perdata ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat karena dugaan ketidakabsahan syarat pendidikan saat mendaftar sebagai calon wakil presiden dalam Pemilihan Umum 2024. Gugatan itu terdaftar dengan nomor 583/Pdt.G/2025 PN Jakpus.
Subhan menilai Gibran melakukan perbuatan melawan hukum dengan menggunakan ijazah yang diragukan keabsahannya sebagai syarat pencalonan wakil presiden. Perbuatan ini dinilai telah merugikan penggugat serta masyarakat secara umum.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Dalam gugatannya, Subhan meminta majelis hakim menyatakan Gibran dan Komisi Pemilihan Umum telah melakukan perbuatan melawan hukum. Ia mememinta pengadilan menyatakan Gibran tidak sah menjadi Wakil Presiden periode 2024-2029. Keduanya juga digugat membayar kerugian materiil dan immateriil kepada penggugat dan seluruh masyarakat Indonesia sebesar Rp 125 triliun dan disetorkan ke kas negara.
Dari laman portal Komisi Pemilihan Umum (KPU), Gibran menempuh pendidikan sekolah menengah atas dua kali, yakni di Orchid Park Secondary School pada 2002-2004 dan di UTS Insearch Sydney pada 2004-2007.
Subhan ragu ijazah Gibran di dua sekolah bisa digunakan untuk mencalonkan diri sebagai wakil presiden. Sebab, syarat menjadi presiden atau wakil presiden adalah pendidikan minimal SMA/sederajat.
"Bukan karena sekolahnya luar negeri, bukan. Tapi dia tidak punya ijazah SMA/sederajat yang di Indonesia,” kata Subhan saat ditemui di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 8 September lalu.
Menurut Subhan, dokumen yang dipakai Gibran dalam proses pencalonan hanya berupa sertifikat dari sekolah di Singapura bernama Orchid Park Secondary School Singapore. Selain itu, ada sertifikat dari UTS Insearch Sydney. Subhan menilai sertifikat tersebut tidak bisa disetarakan dengan ijazah SMA di Indonesia. Ia menilai sekolah Orchid Park lebih merupakan program matrikulasi atau kursus persiapan kuliah, bukan lembaga pendidikan formal setara SMA.
Gibran diketahui pernah menempuh pendidikan di luar negeri, yakni di Singapura dan Australia. Putra sulung Presiden Joko Widodo itu hijrah ke Singapura setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Surakarta.
Gibran mengambil studi setingkat sekolah menengah atas di Orchid Park Secondary School Singapura pada 2002. Orchid Park Secondary School adalah sekolah yang berdiri pada Januari 1999 di lokasi Woodlands Ring Secondary School. Awal berdiri, sekolah ini dirintis 16 staf pengajar dan 360 siswa. Sekolah dibuka secara resmi pada tanggal 21 April 2001.
Dikutip dari situs resminya, Orchid Park Secondary School mengendepankan nilai-nilai integritas, belas kasih, ketahanan, rasa hormat, serta tanggung jawab. Sekolah ini mempunyai sejumlah departemen seperti aplikasi komputer dan elemen keterampilan bisnis, teknologi pendidikan, bahasa Inggris dan literatur, kemanusiaan, aains, kerajinan dan teknologi, eksekutif dan administrasi, serta departemen lainnya.
Setelah studi di Orchid Park Secondary School, Gibran melanjutkan studi di University of Technology Sydney (UTS) Insearch. UTS Insearch memfasilitasi pelajar asing yang akan melanjutkan pendidikan di UTS. Melalui lembaga tersebut, para pelajar akan beradaptasi dengan sistem pembelajaran sebelum benar-benar masuk sebagai mahasiswa UTS.
Kampus University of Technology Sydney berada di pusat kawasan kreatif dan digital Sydney dan berdampingan dengan distrik pusat bisnis Sydney. Saat ini mahasiswa di UTS berjumlah 44 ribu ribu, menjadikannya sebagai salah satu kampus terbesar di Australia.
Dikutip dari situs resminya, UTS merupakan bagian dari Australian Technology Network, yaitu sekelompok universitas terkemuka yang bekerja sama dengan industri serta pemerintah dalam memberikan mata kuliah yang praktis dan profesional.
UTS menawarkan lebih dari 130 program sarjana dan 210 program pascasarjana di berbagai disiplin ilmu tradisional dan yang sedang berkembang. Mulai Arsitektur, Lingkungan, Bisnis, Komunikasi, Desain, Pendidikan, Teknik, Teknologi Informasi, Studi Internasional, Hukum, Kebidanan, Keperawatan, Farmasi, hingga Sains.
Ihwal biaya kuliah, UTS menentukan angkanya berdasarkan tipe studi dan program studi yang diambil. Artinya, biaya kuliah bagi mahasiswa domestik dan internasional berbeda.
Selanjutnya, Gibran menempuh studi di Management Development of Singapore atau MDIS pada 2007. MDIS merupakan lembaga pendidikan swasta di Singapura yang menawarkan kursus persiapan, diploma, diploma lanjutan, diploma tinggi, sarjana, magister dan doktoral yang diakui secara global di berbagai disiplin ilmu.
MDIS menawarkan lebih dari 70 program pendidikan yang diklaim relevan dengan industri. Melalui kerja sama dengan 8 mitra universitas yang diakui secara global dari Inggris dan Amerika Serikat, MDIS mempersiapkan mahasiswanya agar siap terjun ke dunia kerja.
Delapan mitra MDIS antara lain Prifysgol Bangor University, Edinburgh Napier University, Teesside University, Leeds Beckett University, University of Central Oklahoma, Northumbria University, University of Sunderland, serta University of Roehampton London.
Ayah Gibran, Jokowi, mengatakan dirinya sendiri yang mencarikan sekolah Gibran di Singapura. "Iya di Orchid Park Secondary School Singapura, yang mencarikan saya. Itu saya ngerti lah," kata Jokowi di kediamannya di Solo, Jawa Tengah, Jumat, 12 September 2025.
Mantan Presiden RI ke-7 ini mengatakan ia sengaja mengirim Gibran bersekolah ke luar negeri agar anaknya itu bisa hidup mandiri. "Biar mandiri aja," ujar Jokowi.