Ibu Sudan di Tanah Pengungsian

21 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Majdah Ishag bersama pengungsi dari Sudan lainnya di tempat pengungsian di Batam. Sumber: dokumentasi pribadi Leo Galuh.

Di sebuah ruangan sederhana di tempat pengungsian di Batam, Majdah Ishag duduk dengan tenang. Di wajahnya terpancar kelelahan sekaligus keteguhan. Dua hal yang selalu berjalan berdampingan dalam hidup seorang pengungsi.

Ia datang dari Sudan, membawa lima anaknya, meninggalkan rumah dan masa lalu yang porak-poranda oleh perang.

“Nama saya Majdah Ishag. Saya berasal dari Sudan. Saya datang ke Indonesia pada 1 Januari 2016 bersama anak-anak saya,” ujarnya pelan. “Saya memiliki lima anak, semuanya sudah berusia sekolah.”

Sejak saat itu, hidup Majdah tak pernah benar-benar tenang. Di negaranya, perang telah menghancurkan segala yang ia miliki. “Kami menghadapi banyak masalah. Perang, tidak ada uang, dan orang-orang mencuri semua yang kami miliki, termasuk rumah saya,” katanya.

“Karena itu saya datang ke Indonesia dan mendaftar ke UNHCR, berharap mereka bisa membantu anak-anak saya bersekolah dan membantu kami menjalani kehidupan yang lebih baik.”

Namun harapan itu belum menjadi kenyataan. Setelah sembilan tahun berlalu, ia dan keluarganya masih menunggu kepastian penempatan kembali. “

Saya juga berharap bisa mendapat pekerjaan dan penempatan kembali, tetapi sampai sekarang kami belum mendapat penempatan, dan anak-anak saya masih belum bisa bersekolah.”

Majdah dan anak-anaknya menghadapi kendala besar dalam beradaptasi. Bahasa menjadi penghalang pertama, diskriminasi menjadi yang kedua. “Mereka pernah mencoba pergi ke sekolah, tetapi anak-anak Indonesia mengejek mereka karena warna kulit mereka,” kisahnya lirih.

“Karena itu, anak-anak saya menolak pergi ke sekolah. Sekarang mereka hanya tinggal di rumah, tanpa sekolah dan tanpa tempat tinggal yang layak.”

Uang tunjangan dari UNHCR sangat terbatas, hanya cukup untuk kebutuhan paling dasar. “Uang tunjangan dari UNHCR sangat kecil, tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Anak-anak saya sering sakit dan kekurangan gizi,” ujarnya. “Kami membutuhkan lebih banyak bantuan dan penempatan kembali.”

Dari Ruang Kelas ke Medan Perang

Anak-anak pengungsi dari Sudan dan Afghanistan bercengkerama di tempat pengungsian. Sumber: dokumentasi pribadi Leo Galuh.

Sebelum menjadi pengungsi, Majdah memiliki kehidupan yang berbeda. Ia berasal dari Darfur, kawasan di barat Sudan yang selama dua dekade terakhir dilanda konflik bersenjata dan kekerasan etnis. “Saya berasal dari Darfur, bukan Khartoum. Saya tinggal di sana sepanjang hidup saya. Saya ingin menjadi guru, tetapi karena perang, saya kehilangan ijazah saya,” tuturnya.

Ia pernah berkuliah, bermimpi menjadi pendidik. Namun perang menghapus segalanya. “Setelah perang dimulai, tidak ada yang bisa bekerja, tidak ada uang, tidak ada tempat aman untuk tinggal. Saya dulu belajar sampai universitas sebelum perang, tetapi setelah itu semuanya hancur.”

Ia tak pernah berencana datang ke Indonesia. “Saya tidak memilih Indonesia sebagai tujuan. Saya hanya ingin rumah yang sebenarnya. Tempat aman di mana anak-anak saya bisa bersekolah dan hidup seperti anak-anak lainnya.”

Sepeda anak-anak pengungsi disimpan rapi. Sumber: dokumentasi pribadi Leo Galuh.

Kini, keseharian Majdah diisi dengan mengajar anak-anak pengungsi di pusat belajar komunitas. “Saya mengajar matematika, sains, dan bahasa Inggris,” ujarnya. Tapi upahnya jauh dari kata cukup. “Mereka hanya memberi saya 50.000 rupiah untuk membeli spidol dan perlengkapan — itu bukan bayaran sebenarnya.”

Meski begitu, mengajar memberinya makna dan rasa berguna di tengah keterbatasan. Tapi setiap hari juga membawa kabar buruk dari tanah air. “Dalam tiga bulan terakhir, saya kehilangan tiga saudara laki-laki di Sudan. Mereka terbunuh dalam perang. Saya merasa sangat sedih.”