Liputan6.com, Jakarta - Layanan berlangganan kini merambah ke berbagai aspek, tak hanya sebatas hiburan seperti layanan streaming: Netflix dan Spotify.
Mulai dari mobil, gadget, hingga perangkat elektronik, kini konsumen bisa menggunakannya tanpa harus memilikinya secara penuh. Tren ini menandakan pergeseran pola pikir konsumen dari kepemilikan menjadi akses dan pengalaman.
Konsep berlangganan sebenarnya bukan hal baru. Pada 1856, perusahaan mesin jahit Singer menawarkan skema sewa bulanan.
Namun, opsi berlangganan kini jauh lebih beragam. Di Singapura, misalnya, layanan seperti Circular dan ITEZ.SG memungkinkan pelanggan menyewa gadget seperti iPhone 15 dengan biaya bulanan.
Layanan berlangganan juga berkembang di sektor lain, seperti akomodasi. Di Jepang, TsugiTsugi menawarkan paket menginap di lebih dari 140 resor dengan skema langganan.
Menguip Channel News Asia, Jumat (15/8/2025), fenomena ini memicu tren "everything-as-a-service," di mana konsumen dapat menikmati beragam layanan tanpa harus mengeluarkan biaya besar di awal.
Tak cukup sampai di situ, layanan berlangganan di pasar elektronik rumah tangga (home appliances) juga berkembang pesat di Korea Selatan. Sejumlah perusahaan teknologi di negara tersebut menyasar rumah tangga yang lebih muda (Gen Z dan milenial) dan lebih kecil.
Menurut laporan The Korea Herald, pangsa pasar layanan berlangganan dan penyewaan eletronik rumah tangga di Korea Selatan diperkirakan tumbuh menjadi 100 triliun won (sekitar Rp 1.163 triliun) pada tahun 2025, naik tajam dari 40 triliun won (sekitar Rp 232 triliun) pada tahun 2020.