Jakarta (ANTARA) - Presiden Federasi Kamar Dagang dan Industri Jepang di ASEAN (FJCCIA) Koichi Wakabayashi menegaskan bahwa perusahaan-perusahaan Jepang berkomitmen penuh kepada komunitas dan pasar lokal.
Pernyataan itu disampaikan Wakabayashi ketika merespons hal mengenai kemungkinan perusahaan-perusahaan Jepang akan memindahkan pabrik mereka ke negara yang memiliki tarif dagang Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari Indonesia.
Dalam wawancara singkat di Jakarta, Selasa, Wakabayashi menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan Jepang tidak hanya berinvestasi dalam lapangan pekerjaan, tetapi juga dalam transfer teknologi dan pengetahuan.
“Kami selalu berkomitmen untuk transfer teknologi dan pengetahuan ke pasar dan negara lain, karena kami mengembangkan sumber daya manusia lokal dan juga mengembangkan pemasok lokal,” ujarnya.
Baca juga: FJCCIA berkomitmen perkuat ASEAN sebagai pusat ekonomi global
Karena transfer teknologi dan pengetahuan tersebut, lanjut dia, Jepang menjadi semacam memiliki klaster bisnis di setiap negara sehingga sulit bagi perusahaan-perusahaan Jepang untuk pindah ke negara lain.
“Tetapi mungkin perusahaan di negara lain mungkin berbeda,” tutur Wakabayashi yang juga menjabat sebagai Ketua Kadin Jepang di Vietnam.
Selain itu, Presiden FJCCIA itu juga berbicara mengenai tarif dagang yang diberlakukan oleh AS terhadap mitra dagang mereka.
Wakabayashi mengatakan bahwa pihaknya selalu memperhatikan diskusi antara AS dengan masing-masing negara mengenai tarif tersebut, dan berpendapat bahwa tidak hanya persentase tarif yang menarik, tetapi juga perbedaan antar negara.
“Misalnya, saya dari Vietnam, dan saat ini, Vietnam adalah 20 persen. Namun di Indonesia pemahaman saya adalah 19 persen, jadi satu persen adalah kesenjangan. Dan satu persen bukanlah kesenjangan besar, tetapi untuk negara lain, masih ada kesenjangan yang besar,” jelasnya.
Baca juga: ASEAN: Rekomendasi Jepang dapat tingkatkan industri Asia Tenggara
Ia menilai akan ada perubahan besar dalam arus perdagangan akibat tarif tersebut karena perusahaan Jepang memiliki banyak lokasi manufaktur dan bisnis di setiap negara.
“Oleh karena itu, kami selalu berhati-hati dalam menjalan dialog semacam ini,” ujarnya seraya menegaskan bahwa pasar ASEAN sangat penting bagi Jepang.
Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Jepang mengadakan Dialog ke-17 antara Sekretaris Jenderal ASEAN dan FJCCIA: Penciptaan Bersama untuk Masa Depan yang Sejahtera di Tengah Ketidakpastian Global di Jakarta pada Selasa.
Dalam dialog tersebut, FJCCIA mengusulkan empat pilar yang dapat memperkuat daya tarik bisnis ASEAN yaitu rantai pasokan yang tangguh, ekonomi hijau dan berkelanjutan, ekonomi digital, inovasi dan teknologi yang sedang berkembang, dan yang terakhir adalah ASEAN yang inklusif.
Baca juga: Jepang ingin kolaborasi dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN pasca AEC 2025
Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Martha Herlinawati Simanjuntak
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.