OJK menilai wajar maraknya Rojali dan Rohana di tengah ketidakpastian ekonomi. (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena “Rojali” (rombongan jajan lihat-lihat) dan “Rohana” (rombongan hanya nanya) ramai dibicarakan warganet. Banyak masyarakat datang ke pusat perbelanjaan, tetapi lebih banyak melihat-lihat ketimbang membeli. Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menilai kecenderungan ini wajar di tengah ketidakpastian ekonomi global.
“Terkait dengan fenomena ini, saya rasa fenomena berbelanja atau di pusat perbelanjaan mungkin juga tidak berbeda jauh dengan apa yang terjadi di level produksi dan pertumbuhan ekonomi,” kata Mahendra dalam Taklimat Media Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK, Senin (4/8/2025).
Ia menjelaskan, dalam beberapa bulan terakhir, banyak pihak menimbang-nimbang sebelum mengambil keputusan ekonomi. “Kalau itu terjadi di dalam konteks konsumen, saya rasa wajar saja,” ujar Mahendra.
Menurut dia kepastian yang lebih jelas, misalnya melalui kesepakatan dagang Indonesia–AS, dapat mendorong ekspektasi positif dari pelaku ekonomi, termasuk konsumen. “Konsumen pun akan memperoleh kepastian lebih baik terhadap keputusan yang dapat mereka ambil untuk menentukan belanja lebih lanjut ke depan,” tambahnya.
Mahendra juga menyebut kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat sebagai langkah positif dalam memperbaiki iklim dagang dan mendorong ekspor. Ia menyebut ada enam komoditas ekspor utama Indonesia ke AS yang kini menikmati tarif lebih rendah dibanding negara pesaing, dengan nilai total ekspor mencapai 14 miliar dolar AS, atau sekitar 52 persen dari total ekspor RI ke AS.
“Ruang untuk meningkatkan ekspor barang-barang listrik atau elektrikal dan suku cadangnya terbuka luas jika disandingkan dengan yang dialami oleh negara lain,” ujarnya.
OJK menyebut, sejumlah kebijakan disiapkan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong daya saing, termasuk relaksasi pasar modal serta pendalaman pembiayaan sektor-sektor ekspor. Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi, sekaligus mendorong konsumsi masyarakat agar tak lagi sekadar menjadi Rojali dan Rohana.