Liputan6.com, Jakarta Bocah Sukabumi Raya yang mengalami infeksi cacing menjadi pengingat bagi negara untuk mulai melakukan pendekatan sehat.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Menaldi Rasmin, dr, Sp.P (K)., mengatakan, pembiayaan kesehatan negara akan lebih rendah jika menerapkan pendekatan sehat.
“Sebetulnya, sebuah negara akan lebih rendah pembiayaannya untuk sektor kesehatan jika pendekatannya adalah pendekatan sehat bukan pendekatan sakit,” kata profesor yang bergabung dalam Majelis Guru Besar Kedokteran Indonesia (MGBKI) saat ditemui di Jakarta Pusat, Jumat (23/8/2025).
Lantas, apa arti dari pendekatan sehat?
“Pendekatan sehat itu artinya masyarakat justru diajak terlibat untuk memahami bagaimana caranya sehat dan mencegah sakit. Mesti cuci tangan, mesti (buang air besar/BAB) di jamban, mengolah makanan dengan baik, dan sebagainya,” ujar Menaldi.
Pendekatan sehat dapat terjadi jika pemerintah mendekatkan program-program kesehatan langsung pada masyarakat. Jadi, bukan pada program-program yang berbasis pada pengobatan sakit.
“Kalau itu dilakukan, maka kasus-kasus seperti ini (Raya) mestinya bisa lebih awal kita kelola. Bayangkan kalau seorang anak bisa sampai meninggal dunia apakah karena cacing? Artinya ada sebuah proses yang lama. Tidak terbangun budaya di masyarakat tentang apa arti sehat dan bagaimana mencegah sakit,” ujarnya.
Kepergian Raya membawa pelajaran tersendiri bagi Indonesia yang sepatutnya lebih banyak berkonsentrasi pada pendekatan sehat.
“Pelajaran yang diberikan oleh almarhumah, kita mestinya lebih banyak berkonsentrasi pada masalah-masalah besar di negara ini melalui pendekatan sehat,” ucapnya.
Meninggalnya Raya, bocah 3 tahun yang tubuhnya dipenuhi cacing di Kabupaten Sukabumi mengundang beragam reaksi. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menganggap peristiwa ini sebagai insiden besar, sanksi pun akan diberikan kepada Pemkab Sukabumi.
Sistem Solidaritas Nasional Belum Inklusif
Kasus kematian Raya juga menjadi pengingat bahwa sistem kesehatan dan solidaritas nasional belum inklusif.
Upaya pengobatan Raya sempat tersendat lantaran biaya membengkak sementara kepemilikan BPJS Kesehatan terbentur syarat administratif.
“Kejadian yang menimpa balita di Sukabumi bisa menjadi pengingat penting bahwa kesehatan di Indonesia harus benar-benar dipahami sebagai hak ideologis, yakni hak yang melekat pada setiap warga tanpa boleh dibatasi oleh syarat administratif,” kata Ketua Tim Peneliti Ideologi Kesehatan Indonesia Health Development Center (IHDC), Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, kepada wartawan, Rabu (20/8/2025).
Ray menilai perlunya penguatan aspek keadilan, proteksi pembiayaan, dan solidaritas komunitas yang inklusif.
“Dari prinsip ideologi kesehatan IHDC, kami melihat kasus ini menunjukkan masih perlunya penguatan di aspek keadilan, proteksi pembiayaan dan solidaritas komunitas. Artinya, negara dan masyarakat perlu terus bergerak agar sistem jaminan dan pelayanan kesehatan makin inklusif, terutama untuk kelompok yang rentan,” ujarnya.
Dimensi solidaritas dan komunitas juga diingatkan lewat kejadian ini. Artinya, solidaritas nasional belum inklusif. Kesehatan sebagai gotong royong masih banyak yang parsial belum merangkul yang paling pinggiran, Ray menambahkan.
Perlu Perkuat Layanan Primer
Sebagai langkah mitigasi untuk mencegah kejadian serupa, Ray menyampaikan perlunya memperkuat layanan primer.
“Mitigasi ke depan menurut rekomendasi prinsip ideologi kesehatan dari IHDC salah satu yang utama adalah memperkuat layanan primer.”
“Misalnya Posyandu yang bisa mendeteksi kasus-kasus seperti ini lebih awal atau Puskesmas bisa memastikan kasus-kasus klinis sederhana tidak terlambat ditangani,” kata Ray.
Upaya Cegah Cacingan
Penyakit cacingan yang terlambat ditangani menimbulkan tanya, bagaimana peran pemerintah dan Puskesmas setempat dalam mencegah cacingan selama ini?
Terkait hal ini, Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Aji Muhawarman, menyampaikan bahwa serangkaian upaya telah dilakukan.
Melalui keterangan tertulis, ia merinci upaya yang telah dilakukan oleh Puskesmas Kabandungan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi dalam mencegah cacingan, yakni:
- Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk anak dengan gizi kurang.
- Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) cacingan, dengan Albendazol.
- Penyelidikan epidemiologi, untuk menggali riwayat dan faktor risiko pada penderita dan upaya pencegahan agar tidak terjadi infeksi lagi.
Untuk penanganan pasien cacingan, Aji menyampaikan bahwa masyarakat dapat segera berobat ke puskesmas, obatnya gratis disediakan pemerintah, yaitu Albendazol.
Pemerintah juga membagikan obat cacing gratis, yang diberikan dua kali dalam satu tahun pada anak usia 1-12 tahun, bersamaan dengan pembagian vitamin di posyandu, atau bersamaan dengan kegiatan UKS di sekolah.
Lebih lanjut, Kemenkes melalui Aji mengimbau masyarakat agar:
- Menjaga perilaku hidup bersih dan sehat dengan membiasakan mencuci tangan di lima waktu penting: setelah makan, setelah BAB, sebelum menjamah makanan, sebelum menyusui, setelah beraktivitas.
- Melakukan BAB pada tempatnya, memakai alas kaki, memotong kuku.
- Mencuci buah dan sayuran sebelum dimakan, memasak makanan dengan baik, dan menggunakan sumber air bersih.
- Jika ada gejala cacingan segera berobat ke puskesmas, dan untuk anak usia 1-12 tahun minum obat cacing yang diberikan oleh petugas puskesmas 2 kali setahun.