INFO NASIONAL - Desa Wisata Namu, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, berhasil masuk dalam 60 Besar Terbaik Wonderful Indonesia Award (WIA) Tahun 2025 Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Republik Indonesia (RI). Ada 30 Desa Wisata terbaik yang dipilih dari seluruh indonesia, salah satunya Desa Wisata Namu sebagai satu-satunya perwakilan Sulawesi Tenggara yang berhasil lolos dari tahapan sebelumnya.
Dalam WIA 2025 kali ini seluruh peserta dilakukan assessment mandiri dengan puluhan indikator yang telah ditetapkan oleh tim seleksi dan pengisian assessment langsung melalui website jadesta.com Kementrian Pariwisata. Setiap provinsi mengutus sejumlah desa wisata yang memang bisa memenuhi sejumlah indikator assessment, dan akhirnya dari tahapan yang telah dilewati Desa Wisata Namu berhasil mencatatkan nama Sulawesi Tenggara di deretan 30 Desa Wisata Terbaik.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara, H. Belli HT mengaku banggan atas pencapaian Desa Wisata Namu di ajang bergengsi desa wisata nasional Kementerian Pariwisata ini. "Namu memegang teguh prinsip konsistensi, gotong royong, kebersamaan untuk mewujudkan desa wisata berkelanjutan berbasis lingkungan dan konservasi di wilayah mereka. Mari kita doakan bersama, semoga Namu bisa menjadi salah satu yang tembus peringkat terbaik di tahapan akhir nantinya. Sekali lagi selamat untuk seluruh masyarakat Desa Wisata Namu," ujar Belli.
Belli menjelaskan, kegiatan ini yang cukup bergengsi, karena desa wisata yang bisa lolos terbaik, berarti memiliki angka diatas rata-rata dalam poin indikator assessment yang dilakukan langsung melalui website Kementrian Pariwisata. Agak berbeda dengan metode dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia di masa sebelumnya.
Desa Wisata Namu merupakan desa yang berada di wilayah administratif Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Desa ini resmi menjadi Desa Wisata pada tahun 2017 oleh SK Bupati Konawe Selatan, dan terupdate SK Desa Wisata NAMU 2021.
Desa Wisata Namu memiliki beberapa wisata. Pertama, wisata alam meliputi potensi bawah laut untuk wisata snorkeling dan diving; perkebunan rakyat untuk agrowisata; dan air terjun Pitudengga. Kedua, wisata tradisi budaya, yakni tradisi mencari kuliner Kuku; tradisi mondondo (tombak ikan);belajar sendratari tolaki; dan tradisi mencari kuliner Lihi.
Ketiga, wisata kreatif meliputi belajar kesenian tradisional musik bambu: belajar kerajinan AGEL; dan cooking class kuliner khas Suku Tolaki. Desa Wisata Namu pun memiliki inovasi dan diversifikasi produk wisata dengan paket wisata yakni paket jelajah Namu, paket diving, paket snorkeling, dan paket tradisi lokal.
Akses menuju Desa Namu bisa ditempuh dengan jalur laut dan darat. Jalur laut dapat ditempuh dengan waktu ± 2 jam 30 menit menggunakan kapal/perahu ketinting yang disewakan oleh masyarakat sekitar dermaga Langgapulu.
Sementara jalur darat dapat ditempuh dengan rute Kendari-Namu waktu ± 2 jam menggunakan roda empat dan roda dua. Dengan kondisi akses/transportasi darat yang belum stabil, angka kunjungan Desa Wisata Namu rata-rata setiap bulan 300-400 orang dan 90 persen adalah wisatawan menginap yang menghabiskan waktu di Desa Wisata Namu minimal 2 hari 1 malam.
Angka tersebut menjadi catatan tertinggi angka rata-rata lama menginap Desa Wisata se-Sulawesi Tenggara. Angka kunjungan ini dipastikan bisa 2 kali lipat kenaikan setiap bulannya, jika akses/transportasi darat bisa maksimal untuk seluruh jenis kategori kendaraan.
Jumlah penduduk Desa Wisata Namu berjumlah 436 jiwa yang terdiri laki-laki 226 orang dan perempuan 210 orang. Adapun mata pencaharian masyarakat desa wisata namu adalah berkebun dan nelayan. Dari hasil perkebunan terdapat jambu mete, pala, kelapa dan cengkeh menjadi salah satu sumber penghasilan bagi masyarakat. Sebagian masyarakatnya terutama kaum laki-laki melakukan aktivitas sebagai nelayan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Sedangkan kaum ibu dan remaja putri membuat kerajinan dari tanaman agel yang dianyam menjadi tikar dan keranjang. Di sisi lain potensi kerang yang banyak tersebar di pinggir pantai oleh masyarakat Desa Wisata Namu membuat hiasan dinding dan aksesoris sederhana yang menjadi oleh-oleh khas desa wisata Namu.
Pemberdayaan masyarakat di desa wisata memiliki banyak dampak positif, baik secara sosial, ekonomi, maupun budaya. Bentuk pemberdayaan yang berjalan saat ini:
- Pengelola Teknis Desa Wisata Namu adalah Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang seluruhnya adalah masyarakat setempat yang dikuatkan dengan SK.
- Penyedia layanan Homestay seluruhnya rumah milik warga Desa Namu dan dilayani langsung oleh pemilik rumah/Homestay.
- Penyedia wisata Kuliner dan Cinderamata adalah Ibu PKK dan Kelompok Wanita Tani Desa Namu.
- Layanan Pendukung pariwisata untuk kebutuhan wisatawan seluruhnya usaha Masyarakat Desa Namu masing-masing, seperti warung, penyewaan tenda, warung makan dan lainnya.
- Pengelola Kebersihan Spot Camping Ground langsung oleh masyarakat.
Dari kondisi tersebut kini tumbuh belasan UMKM skala Kecil di Desa Namu, untuk menjawab sejumlah kebutuhan dasar wisatawan. Desa Wisata tidak mengganggu aktivitas mata pencaharian utama warga desa, namun menjadi tambahan ekonomi tersendiri di luar aktivitas utama. Kaum perempuan pun akhirnya mendapat ruang pemberdayaan yang mendorong nilai inovatif dan kreatifitas.
Desa Wisata Namu memiliki sejumlah Homestay Binaan di setiap Dusun, dimana desa ini memiliki 4 Dusun. Secara umum seluruh Homestay sudah memenuhi standar baik dari fisik pendukung maupun pelayanan.
Selain Homestay, Desa Wisata Namu juga menyediakan lokasi Menginap Camping Ground dan Gazebo. Wisatawan boleh membawa sendiri tenda atau menyewa tenda di lokasi camping ground Desa Wisata Namu membuat program Bioreeftek dan transplantasi terumbu karang, dengan tujuan untuk pengembang biakan terumbu karang dalam konteks melestarikan dan regenerasi terumbu karang yang terancam rusak, baik akibat alam maupun tekanan manusia.
Hal ini dilakukan di titik penyelaman dan snorkeling para wisatawan, dengan memanfaatkan potensi tempurung kelapa, sehingga Bioreeftek di Desa Namu menggunakan media Tempurung Kelapa.
Kolaborasi dan aksi juga sudah banyak dilakukan oleh Desa Wisata Namu dengan jejaring Pentahelix Pariwisata dengan Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan & Provinsi Sulawesi Tenggara; Akademisi; Bisnis atau Swasta, diantaranya, Desata Sultra, ASTINDO Sultra, IHSA Sultra, OK Dive, Jelajah Sultra; Komunitas Masyarakat; dan Media Lokal dan Nasional. (*)