Yogyakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing masuk (inflow) ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) tetap terjaga meski selisih (spread) imbal hasil (yield) dengan US Treasury semakin menyempit, seiring dengan penurunan suku bunga acuan.
Direktur Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) BI Ronald D. Parluhutan menyebutkan, selisih imbal hasil antara SBN dan UST per 19 Agustus 2025 tercatat sebesar 205 basis poin (bps) dari sebelumnya 240 bps pada 2024.
“Kalau dari spread masih relatif sesuai (sama atau tidak berbeda jauh, red.) dengan di awal tahun ini, sekitar 200-an bps. Dan juga pada saat ini terjadi penyempitan seperti yang saya sampaikan. Memang kami melihat bahwa inflows dari asing itu masih tetap terjaga,” kata Ronald dalam diskusi bersama media di Yogyakarta, Jumat.
Selisih imbal hasil menjadi indikator utama minat investor asing di pasar berkembang. Secara teori, semakin lebar selisih tersebut, daya tarik SBN meningkat dan sebaliknya ketika selisih menyempit, minat terhadap SBN cenderung berkurang.
Baca juga: BI: Penurunan BI-Rate demi dukung kebijakan pemerintah jaga stabilitas
Menurut Ronald, selisih imbal hasil SBN dan UST masih kompetitif apabila dibandingkan dengan negara-negara lain. Dengan spread 205bps, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun tercatat 2,05 persen di atas imbal hasil obligasi pemerintah AS untuk tenor yang sama.
Di tengah penurunan yield dan penyempitan spread terhadap UST, kepemilikan asing di SBN tercatat meningkat secara year to date menjadi Rp952,98 triliun per 19 Agustus 2025, setara dengan 14,64 persen dari total outstanding. Pada periode yang sama, outstanding SBN tradable mencapai Rp6.510,7 triliun.
Ronald juga mencatat, yield SBN menurun seiring dengan penurunan suku bunga acuan (BI-Rate). Hal ini menunjukkan transmisi kebijakan moneter Bank Indonesia berjalan efektif ke pasar obligasi pemerintah.
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.