Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menggandeng Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Kemenimipas) dalam program hilirisasi komoditas kelapa untuk memperkuat pasokan minyak goreng.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy menyatakan bahwa kelapa sebenarnya sudah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan pembuatan minyak goreng, tapi karena tidak ada industrialisasi yang berkelanjutan, rantai pasok produksi komoditas tersebut pun hilang.
“(Ketika) mata rantai produksi minyak goreng hilang, akibatnya apa? Begitu ada persoalan minyak kelapa sawit yang diproduksi oleh industri kurang, tiba-tiba kita kolaps (karena suplai minyak goreng yang tidak lancar),” ujar Rachmat Pambudy, di Jakarta, Senin.
Selain meningkatkan produksi minyak kelapa sebagai minyak goreng, ia mengatakan kolaborasi dengan Kemenimipas dapat memperluas upaya diversifikasi produk turunan kelapa melalui proses industri sederhana lainnya.
Misalnya, pembibitan pohon kelapa untuk perkebunan; pembuatan kerajinan berbahan dasar daun, batok, dan sabut kelapa; maupun pembuatan virgin coconut oil (VCO) untuk industri kosmetik dan obat-obatan.
Rachmat menyatakan ke depannya pihaknya berencana untuk membangun kerja sama dengan industri farmasi untuk mengolah produk VCO agar dapat didistribusikan dalam botol hingga kapsul.
“Nah kalau masuk dalam rantai pasok seperti itu, maka kita bisa masuk dalam rantai pasok dunia,” ujarnya pula.
Bappenas pun berharap program hilirisasi kelapa tersebut dapat memberikan keterampilan baru bagi para penghuni lembaga pemasyarakatan (lapas) maupun rumah tahanan (rutan) yang dapat mereka manfaatkan usai menyelesaikan masa tahanan nanti.
Rachmat menuturkan potensi hilirisasi kelapa secara nasional sangat besar, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara dengan garis pantai terbesar di dunia.
Bahkan, Indonesia merupakan negara penghasil dan pengekspor kelapa terbesar di dunia, bersaing dengan Filipina.
Agar dapat mengoptimalkan potensi tersebut, menurut dia, diperlukan upaya untuk mendiversifikasi produk olahan kelapa yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan industri; hingga inovasi dan teknologi di bidang semikonduktor.
Ia mengatakan bahwa kini industrialisasi kelapa termasuk salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN), sehingga juga perlu diprioritaskan.
“Dengan memasukkan hilirisasi kelapa itu dalam PSN, mudah-mudahan ini menjadi dasar bahwa kita bisa mengembangkan investasi, meningkatkan produktivitas, meningkatkan nilai tambah, dan juga meningkatkan kesempatan kerja, termasuk bagaimana membangun produk turunan kelapa,” kata Rachmat Pambudy.
Baca juga: Mentan sebut produk olahan buah kelapa RI makin diminati pasar global
Baca juga: Setelah sawit, BPDP dorong penciptaan nilai tambah kelapa dan kakao
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.