
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan negosiasi tarif impor resiprokal dengan Presiden AS Donald Trump masih berlangsung. Dia berharap tarif barang dari Indonesia bisa turun menjadi 0 persen.
Airlangga menjelaskan, Indonesia mendapatkan penurunan tarif salah satu yang paling rendah dibandingkan negara-negara lain yang dianggap mengakibatkan neraca perdagangan AS defisit.
"Indonesia turun tarifnya dari 32 persen menjadi 19 persen, atau turun 13 poin dan ini adalah perundingan langsung Bapak Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden Amerika, Donald Trump," katanya saat konferensi pers di kantor Kemenko Perekonomian, Kamis (24/7).
Sebelumnya AS mengumumkan joint statement antara Indonesia dan AS pada 22 Juli 2025. Secara umum, kata Airlangga, joint statement tersebut menggambarkan kesepakatan yang telah dibahas dan AS dan poin-poin penting dan komitmen politik yang akan menjadi dasar perjanjian perdagangan kedua pihak.
Meski begitu, masih ada pembahasan lanjutan yang menyangkut kepentingan kedua negara. Perundingan, kata dia, masih akan terus berlangsung terkait detail teknis.
"Masih ada beberapa kepentingan yang dijanjikan dan akan ditindaklanjuti yaitu terkait dengan beberapa pokok yaitu Indonesia akan diberikan juga tarif yang lebih rendah 19 persen untuk beberapa komoditas," jelas Airlangga.

Komoditas tersebut mencakup komoditas sumber daya alam yang tidak diproduksi oleh AS seperti kelapa sawit, kopi, kakao, produk agro, produk mineral lainnya, termasuk komponen pesawat terbang, serta produk industri di kawasan industri tertentu seperti di free trade zone.
"Jadi itu sedang dalam pembahasan dan itu dimungkinkan lebih rendah dari 19 persen dan dimungkinkan mendekati 0 persen," ungkap Airlangga.
Optimisme ini berkaca pada kesepakatan perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa melalui I-EU CEPA. Uni Eropa, kata Airlangga, memberikan tarif impor CPO dari Indonesia sebesar 0 persen.
Jika dibandingkan dengan negara lain, dia menyebut Indonesia mendapatkan tarif impor yang kecil. Filipina terakhir mengikuti Indonesia diberikan 19 persen. Kemudian Malaysia sampai saat ini masih 25 persen. Lalu, Thailand sampai saat ini tetap 36 persen, Vietnam mendapatkan dua tipe tarif yaitu 20 persen dan 40 persen bergantung dari transshipment dari negara lain.