AI dan ilusi kepintaran dalam pendidikan Indonesia

22 hours ago 3
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Bukan AI yang bermasalah, melainkan cara kita menggunakannya

Jakarta (ANTARA) - Di banyak sekolah dan kampus di Indonesia hari ini, kita sedang menghadapi paradoks baru dalam dunia pendidikan. Siswa dapat mengumpulkan tugas yang sempurna, menulis esai yang rapi, menjawab soal sulit dengan akurat, dan menyelesaikan laporan penelitian yang tampak profesional semua dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT.

Namun di balik performa gemilang itu, muncul pertanyaan penting: apakah mereka benar-benar belajar? Atau apakah yang terlihat sebagai “kepintaran” hanyalah hasil polesan mesin?

Penelitian dari UCLA oleh Robert Bjork dan Nicholas Soderstrom menunjukkan sesuatu yang tidak nyaman yaitu performa tinggi pada momen tertentu sering tidak sejalan dengan pembelajaran jangka panjang. Siswa bisa mendapat nilai 90 persen ketika dites di hari yang sama, tetapi ketika dites ulang seminggu kemudian tanpa pengulangan, nilai bisa jatuh ke 60 persen. Fenomena ini disebut illusion of competence yaitu mereka terlihat paham, tetapi tidak benar-benar memahami.

Neurosaintis pendidikan Barbara Oakley menjelaskan bahwa otak hanya belajar ketika melalui proses berjuang, berpikir keras, dan membuat kesalahan. Proses inilah yang memindahkan informasi dari memori deklaratif ke memori prosedural yang membuat seseorang benar-benar ahli.

Ketika AI mengambil alih proses itu, seperti menulis esai, membuat rangkuman, atau menyelesaikan soal, otak tidak membangun jalur pengetahuan tersebut. Akibatnya, AI dapat menciptakan ilusi pembelajaran: siswa terlihat pintar, tetapi tidak lebih pintar daripada sebelumnya. Fenomena ini semakin relevan di Indonesia.

Survei Kemendikbud tahun 2024 mencatat bahwa 64 persen siswa SMA di kota besar menggunakan AI untuk mengerjakan tugas, namun hanya 18 persen yang mengatakan mereka memahami materi lebih baik setelahnya.

Studi internal di beberapa universitas menunjukkan tren serupa: tugas semakin rapi, tetapi kemampuan berpikir kritis menurun. Ketika dosen memberikan ujian lisan tanpa alat bantu, banyak mahasiswa tidak dapat menjelaskan argumen yang mereka tulis sendiri.

Bukan AI yang bermasalah—melainkan cara kita menggunakannya. Sebuah studi di Turki pada 2024 menunjukkan bahwa ketika siswa diberi akses AI tanpa panduan, performa akademik mereka justru turun 17 persen. Mereka menghasilkan pekerjaan yang lebih baik, tetapi kehilangan proses berpikir yang membangun pemahaman.

Namun penelitian lain menunjukkan sebaliknya. Studi Harvard pada 2024 terhadap 2.500 siswa menemukan bahwa AI tutor yang dirancang dengan prinsip pedagogis dapat meningkatkan pembelajaran dua kali lipat lebih cepat. Di Nigeria, program AI berbasis instruksi yang dipandu guru membuat siswa mencapai kemajuan setara 1,5 tahun pembelajaran hanya dalam 6 minggu.

Artinya, teknologi yang sama dapat menghasilkan dua dunia pendidikan yang sangat berbeda: Satu dunia di mana siswa tampak pintar tapi kosong; satu dunia di mana AI benar-benar membuat mereka lebih pintar.

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article