SEBANYAK 657 siswa di Kabupaten Garut, Jawa Barat, keracunan masal. Penyebabnya diduga akibat menu makanan bergizi gratis (MBG) yang dibagikan ke sekolah. "Sekarang tinggal 10 orang yang masih dirawat, sebelumnya mencapai 30 orang," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Leli Yuliani kepada Tempo pada Jumat, 19 September 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Gejala keracunan itu menimpa siswa sekolah dasar (SD), dekolah menengah pertama (SMP), hingga siswa sekolah menengah atas (SMA). Mereka merasakan gejala mual, muntah dan pusing, sejak Selasa,16 September 2025. Kondisi tersebut berlanjut hingga 30 orang siswa harus mendapatkan perawatan intensif di Puskesmas Kadungora, esok harinya.
Keluhan siswa itu dirasakan usai mengonsumsi menu MBG yang disalurkan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Al Bayyinah 2 Garut. Dapur ini berada di Desa Karangmulya, Kecamatan Kadungora. Menu yang disajikan yakni nasi putih, ayam woku, tempe orek, lalapan sayur, dan buah stroberi. "Sampel makanan sudah kami kirim ke laboratorium provinsi Jawa Barat, hasilnya lima hari lagi keluar," ujar Leli.
Leli mengatakan sejak Rabu, tim medis telah disiagakan di setiap sekolah. Mereka melakukan pengobatan dan pemeriksaan terhadap siswa lainnya. Tujuannya agar gejala keracunan tidak merebak. "Obat biasa kami berikan ke siswa yang tidak terlalu parah gejalanya. Kami juga masih melakukan pemantauan lapangan terhadap kondisi kesehatan siswa," ujarnya.
Hingga kini, pemerintah daerah masih melakukan koordinasi dengan satuan tugas (Satgas) MBG. Tak hanya itu, Bupati Garut Abdusy Syakur Amin mengeluarkan surat edaran agar setiap dapur dapat mengikuti pelatihan keamanan pangan. "Belum semua dapur MBG melaporkan telah memiliki sertifikat keamanan pangan. Termasuk dapur yang di Kadungora ini, kami sedang menelusurinya," ujar Leli.
Kepolisian Resor (Polres) Garut juga mengaku tengah menyelidiki kasus dugaan keracunan masal siswa ini. Upaya yang dilakukan polisi diantaranya mendatangi lokasi kejadian, mendata korban, meminta keterangan saksi dan mengirimkan sampel bekas makanan dan muntah ke laboratorium.
“Kami melakukan penyelidikan lebih mendalam untuk mengetahui faktor penyebab, termasuk kemungkinan uji sampel makanan oleh pihak berwenang serta langkah investigasi akan berlanjut,” ujar Kasi Humas Ipda Adi Susilo, dalam keterangan tertulisnya.