Jakarta -
Kawasan Condet, Jakarta Timur kini wangi. Selain itu, Condet memiliki salah satu kampung wisata yang menjunjung tinggi budaya Betawi. Ada upaya pemuda dalam wajah baru Condet.
Terletak di Jalan Al Magfiroh No.7 kampung tersebut menamakan diri sebagai Kampung Pengrajin Budaya Betawi. Bukan warisan, tetapi merupakan inisiasi para pemuda yang ingin membuat budaya leluhurnya berjaya kembali di kampung sendiri.
Opik, salah satu pemuda yang dengan sukarela mendedikasikan waktunya pada kebaruan Condet, mengisahkan upaya para pemuda di sana. Dia salah satu yang berperan menjadikan Condet sebagai destinasi kuliner khas Betawi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Inisiasi itu muncul dari keresahannya dan kawan-kawanya terhadap menurunnya kecintaan warga kepada budaya Betawi. Pada 2019, dihidupkanlah Kampung Pengrajin Budaya Betawi.
Sejatinya, ide itu muncul bertahun-tahun sebelumnya, namun Kampung Pengrajin Budaya Betawi seolah masih tertidur. Ia dan kawan-kawan yang lain tidak bisa berjalan tanpa ada dukungan dari berbagai pihak, semua operasional masih dilakukan secara mandiri.
"Kebetulan kan Condet bisa dibilang salah satu benteng terakhirlah ya sebagai Betawi, salah satu daerah yang masih Betawi itu bisa dibilang 90 persen dengan sejarahnya yang panjang Condet, tuh. Ya, jadi kita sebagai generasi (muda) tuh prihatin Condet nggak ada perhatian, sebagai anak Betawi dan sekarang kan sebutannya bukan Kampung Betawi lagi Condet ini, mungkin maaf-maaf nih malah jadi Kampung Arab lah," kata Opik saat ditemui detikTravel di Toko Oleh-oleh Condet, Selasa (23/7/2024).
"Jadi Kampung Betawinya itu kaya ilang aja dulunya kan di zaman Ali Sadikin ini (Condet) disebut sebagai Cagar Budaya Betawi dan cagar buah di sini karena Condet terkenal sama duku dan salak. Jadi keprihatinan kita pengen membangkitkan lagi (budaya) Betawinya itu, konsentrasi kita di makanannya di kuliner Betawinya," dia menambahkan.
Kampung Pengrajin Budaya Condet, Jakarta Timur menyimpan segudang potensi. Di sana traveler juga dapat memberikan pengalaman tentang sajian kuliner khas Betawi. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)
Kampung Pengrajin Budaya Betawi jelas Opik meliputi tiga RT di wilayah RW 04 Balekambang yakni RT 5,6, dan 7.
Saat keresahan itu muncul, di saat bersamaan Opik melihat potensi lain dari budaya Betawi yang bisa dikembangkan di Conder. Wisata kuliner khas Betawi. Banyak tetangganya yang berjualan makanan khas Betawi.
Dia tidak mau ketinggalan. Opik membuka usaha bir pletok. Dia memilih membuat jika ada pesanan atau stok di toko mulai menipis.
Bersama kawan-kawannya, Opik membuat sebuah sarana (toko) untuk warga agar bisa menunjukkan produk dagangan. Yakni, di Toko Oleh-oleh Condet yang berada di Jalan Raya Condet No. 7.
Opik, salah satu inisiator Kampung Pengrajin Budaya Condet, Jakarta Timur. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)
"Karena di gang saya ini ada yang produksi kue basah, kue kering, emping Condet masih ada di dalam gang saya, ada yang bikin kue sempulun, kue timus, bugis, gitu-gitu lah. Ada sagon, ada bir pletok, kue satu, kue bakar, itu masih di satu jalur gang saya," kata Opik.
Selain ingin melestarikan budaya Betawi melalui sajian kulinernya, ia juga ingin memberdayakan masyarakat yang ada di wilayah gang rumahnya.
Kampung Pengrajin Budaya Condet, Jakarta Timur menyimpan segudang potensi. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)
Kurang lebih di tahun 2019 ia bersama Diki salah satu yang menginisiasi Kampung Pengrajin Budaya Condet melakukan kegiatan dari program Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) yang dimiliki oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dari ceritanya setelah mengikuti berbagai pelatihan dan studi banding, Opik mulai merasa bahwa kampungnya ini memiliki potensi besar jika dijadikan sebagai desa wisata.
"Ya itu sebenarnya terkait juga sama ide-ide yang anak-anak inginkan karena itu berhubungan dengan Pokdarwis yaitu Kelompok Sadar Wisata, nah itu bisa diterapkan di sini nih. Akhirnya kita ikut pelatihan dan studi banding ke Bandung dan Subang," jelasnya.
"Ternyata setelah kita pikir sepertinya lebih kaya di Condet ya, potensi-potensinya tuh lebih banyak di Condet. Malahan di gang saya lah kita nggak kalah sama mereka gitu karena kita punya tadi tuh emping, kue buras itu yang Betawi banget," sebut Opik.
Saat menyusuri gang-gang di Kampung Pengrajin Budaya Condet ini tak semua warga memproduksi panganan setiap hari, hanya di momen-momen tertentu saja dan jika ada pesanan. Dan menurut Opik saat ini Kampung Pengrajin Budaya Condet diibaratkan vakum sejenak karena perlu beberapa perbaikan dan juga lainnya.
Di masa ini lah sosialisasi diperlukan oleh Kampung Pengrajin Budaya Condet, perlunya berbagai pihak untuk memberikan dukungan sebagai langkah untuk mengembangkan kampung ini. Opik berharap kampungnya ini bisa semakin dikenal dengan potensi yang ada dan budaya Betawi bisa semakin lestari.
(fem/fem)