Tokyo (ANTARA) - Lebih dari 356.000 orang di Jepang diperintahkan untuk evakuasi setelah gempa besar bermagnitudo 8,8 mengguncang Semenanjung Kamchatka, Rusia, menimbulkan kekhawatiran terjadinya tsunami yang merusak, demikian lapor NHK Jepang pada Rabu, mengutip pihak berwenang.
Perintah evakuasi telah dikeluarkan di setidaknya enam prefektur, sebagai tindakan pencegahan terhadap potensi tsunami.
Pemerintah juga telah menyediakan sebuah markas krisis yang didirikan di bawah kantor perdana menteri Jepang.
Awalnya, peringatan tsunami dikeluarkan di Jepang, yang diikuti dengan peringatan untuk hampir seluruh pesisir Pasifik timur negara tersebut. Gelombang setinggi tiga meter diperkirakan akan terjadi di banyak wilayah.
Hingga saat ini, gelombang tsunami setinggi 30 hingga 50 sentimeter telah terpantau di beberapa wilayah.
Sementara itu, tidak ada anomali yang dilaporkan di pembangkit listrik tenaga nuklir setelah gempa bumi, ujar Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshimasa Hayashi dalam konferensi pers.
Selain itu, layanan kereta api di 41 rute kereta api di Jepang telah ditangguhkan, dan landasan pacu Bandara Sendai masih ditutup, Hayashi mengonfirmasi.
Sebelumnya, gempa bumi melanda lepas pantai Kamchatka pada Selasa malam pukul 23:24 waktu GMT (atau Rabu pagi, 06.24 WIB), menjadikannya gempa terkuat di wilayah tersebut sejak 1952.
Pemerintah Wilayah Sakhalin menyatakan bahwa keadaan darurat telah diumumkan di Distrik Severo-Kurilsky setelah gempa bumi dan tsunami tersebut.
Sumber: Sputnik
Baca juga: Gempa terkuat sejak 1952 guncang Rusia, 30 susulan dan waspada tsunami
Baca juga: Pemerintah minta masyarakat jauhi pantai guna antisipasi tsunami
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.