Liputan6.com, Jakarta Langit sepak bola Indonesia kembali berubah warna pada Kamis, 16 Oktober 2025. PSSI resmi mengumumkan pemutusan kerja sama dengan pelatih kepala Patrick Kluivert setelah hanya delapan pertandingan memimpin Timnas Indonesia.
Keputusan itu, menurut pernyataan resmi, dilakukan melalui kesepakatan bersama. Namun di balik itu, hasil di lapangan sudah cukup menjadi penanda bahwa hubungan itu tak lagi seimbang.
Sejak diumumkan pada awal tahun 2025, Kluivert datang membawa reputasi besar. Nama yang pernah bersinar di Ajax, Barcelona, dan tim nasional Belanda itu diharapkan menjadi jembatan menuju era baru sepak bola Indonesia: lebih modern, lebih berani, dan lebih disiplin taktik.
Sayangnya, delapan laga berlalu bersama Kluivert, impian itu tak pernah benar-benar berbentuk nyata.
Catatan Laga: Dari Ledakan ke Kemunduran
Kluivert memimpin delapan pertandingan dengan hasil yang timpang: tiga kemenangan, satu hasil imbang, dan empat kekalahan.
Garuda sempat menunjukkan tanda-tanda positif dengan kemenangan tipis 1–0 atas Bahrain dan melanjutkannya dengan hasil serupa saat menghadapi China. Dalam dua laga itu, Indonesia menunjukkan struktur permainan yang solid dan disiplin.
Momentum sempat tumbuh ketika Indonesia mencetak kemenangan besar 6-0 atas Chinese Taipei dalam laga uji coba. Namun, dari situ performa justru menurun. Uji coba melawan Lebanon berakhir imbang tanpa gol.
Dan akhirnya, puncak kegagalan terjadi di Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Timnas Indonesia kalah beruntun dari Arab Saudi (2-3) dan Irak (0-1). Mimpi ke Piala Dunia pun terkubur.
Ketajaman yang Tak Pernah Datang
Masalah terbesar era Kluivert terletak pada efektivitas serangan. Dalam laga melawan Arab Saudi, dua gol Indonesia datang dari titik penalti, tanpa satupun dari permainan terbuka. Kepada Reuters, Kluivert sempat melempar komentar dengan nada frustrasi karena timnya terus gagal mengonversi peluang.
Ketika menghadapi lawan sekelas Jepang dan Australia, kelemahan itu menjadi jurang. Pertahanan runtuh, transisi lambat, dan tidak ada variasi serangan yang menembus blok lawan. Dengan sistem 4-3-3 yang ia pertahankan sejak awal, Indonesia terlihat hilang arah.
Kelemahan itu membuat Garuda mudah ditekan, terutama di laga tandang. Kalah 0-6 dari Jepang di Tokyo dan 1-5 dari Australia di Sydney menjadi dua hasil yang paling mencolok, sekaligus memperkuat kesan bahwa Kluivert belum menemukan kombinasi ideal antara organisasi dan kreativitas.
Ekspektasi vs Realita
Ketika PSSI memperkenalkan Patrick Kluivert pada Januari 2025 lalu, semangat publik melonjak. Kluivert dianggap membawa aura Eropa, pengalaman besar, serta filosofi sepak bola menyerang. Namun, seperti di banyak kasus pelatih asing sebelumnya, tantangan adaptasi di Asia Tenggara jauh lebih kompleks dari yang terlihat di atas kertas.
Kluivert sering kali berbicara tentang kesabaran dan pembangunan jangka panjang, tapi hasil di lapangan berbicara lebih keras. Kekalahan demi kekalahan menumpuk, dan tekanan dari publik makin intens. Setelah kegagalan di kualifikasi Piala Dunia, PSSI akhirnya memilih mengakhiri kerja sama.
Keputusan PSSI memecat Kluivert tak datang tiba-tiba, melainkan menjadi klimaks dari performa yang stagnan. Dalam sepak bola modern, delapan laga cukup untuk menilai arah permainan. Kluivert gagal menunjukkan progres yang meyakinkan, baik dari sisi hasil maupun gaya bermain.
Laju Timnas Indonesias di Bawah Patrick Kluivert
- 11/10/2025 Irak 1-0 Indonesia
- 08/10/2025 Indonesia 2-3 Arab Saudi
- 08/09/2025 Indonesia 0-0 Lebanon (uji coba)
- 05/09/2025 Indonesia 6-0 China Taipei (uji coba)
- 10/06/2025 Jepang 6-0 Indonesia
- 05/06/2025 Indonesia 1-0 China
- 25/03/2025 Indonesia 1-0 Bahrain
- 20/03/2025 Australia 5-1 Indonesia