Jakarta, CNBC Indonesia - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) buka suara merespons tren perang harga mobil yang saat ini terjadi. Perang harga disebut dapat mematikan industri otomotif. Apalagi, target pasar kelas menengah sensitif dengan harga.
Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara lalu menyoroti penjualan mobil nasional yang sempat melonjak tajam, namun kini tengah merosot.
"Stagnasi penjualan lebih dari 10 tahun, setelah meluncurkan LCGC pada 2013 yang mengangkat industri sebanyak 1,3 juta. Yang menyedihkan, tahun lalu 865 ribu unit, padahal ini industri strategis dan penting sekali bagi Indonesia, posisinya penting. Kita nggak ingin perang harga, kita ingin jadi basis produksi kendaraan bermotor di Indonesia," kata Kukuh dalam Dialog Industri Otomotif Nasional GIIAS 2025 di ICE BSD, Tangerang Kamis (31/7/2025).
"Kita menghadapi hal baru dengan masuknya kendaraan baru China kemudian harga kompetitif. Masyarakat mau harga murah, dan jumlah kelas menengah ada 10-15 juta orang. Income mereka tiap tahun naik 3% sesuai inflasi, tapi harga mobil yang jadi incaran naik 7,5%. Jadi gap makin lama makin besar. Ini harus diantisipasi, bukan perang lah tapi kompetisi, yang bisa memberi fitur bagus, kualitas bagus tapi dengan harga masuk akal," sambungnya.
Gaikindo pun mencari alasan penurunan penjualan mobil di Indonesia, salah satu penyebabnya karena daya beli masyarakat yang tengah anjlok.
"Beberapa waktu lalu kita melihat stagnasi ini karena apa? Beberapa kajian akhirnya menunjukkan belakangan karena penurunan daya beli kelas menengah. Masalahnya jumlahnya banyak 10-15 juta orang, mereka berpotensi beli kendaraan bermotor roda empat," ujar Kukuh.
"Beberapa insentif habis di tahun ini, tahun depan main di medan yang sama. Itu industri harus diselamatkan," ucapnya.
Belakangan mobil-mobil impor China merilis harga mobil listrik dengan banderol murah di pasar Indonesia. Adapun saat ini pemerintah masih memberikan toleransi bagi brand luar negeri untuk mengimpor kendaraan secara utuh (CBU) hingga akhir tahun ini, namun tetap mendapatkan insentif sehingga harganya bisa ditekan.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Penjualan Mobil Lesu, Bos Pabrikan Ungkap Kapan Tren Berakhir