Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan memberikan bantuan tangan atau kaki palsu kepada korban bangunan ambruk Ponpes Al-Khoziny, Kecamatan Buduran, Sidoarjo.
Salah satunya yakni Nur Ahmad (16 tahun). Santri asal Surabaya itu harus diamputasi lengan kirinya di lokasi kejadian saat dievakuasi pada Senin (29/9).
"Jadi nanti insyaallah semua korban yang ada yang dari Kota Surabaya maka kita akan lihat kondisinya apa yang bisa kita bantu. Kalau nanti ada yang tangan palsu, kaki palsu, akan bantu semuanya," kata Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, kepada wartawan, Kamis (16/10).
Eri menyampaikan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surabaya telah mendata seluruh korban dari Surabaya. Ini dilakukan agar intervensi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan para korban.
"BPBD sudah merekap berapa korban jiwa, berapa korban yang selamat tapi dalam kondisi dan perlu bantuan, maka kita datang. Ini kita lakukan karena memang mereka adalah warga Kota Surabaya," ucapnya.
Selain itu, kata Eri, pihaknya juga akan memberikan pendampingan mental dan kejiwaan kepada para korban.
"Kami akan memprioritaskan pendampingan psikologis bagi korban dan keluarga. Langkah ini sangat penting supaya mereka bisa kembali melanjutkan kehidupan dan beraktivitas seperti biasanya. Setelah itu, kami akan lakukan pendampingan jangka panjang," katanya.
Sebelumnya, Nur Ahmad menceritakan peristiwa ambruknya, bangunan Ponpes Al-Khoziny. Awalnya, ia bersama teman-temannya sedang melaksanakan salat Ashar. Pada saat rakaat kedua bangunan itu ambruk menimpanya yang sedang dalam posisi ruku.
"Rakaat kedua (kejadiannya). Langsung jatuh (bangunannya)," kata Ahmad kepada wartawan di RSUD Notopuro Sidoarjo, Jumat (3/10).
Ahmad seketika tersungkur dengan posisi tangan kiri menjulur ke samping tertindih material beton. Ia menahan rasa sakit itu sekitar 4,5 jam lebih.
Saat tim SAR mengidentifikasi keberadaannya, tim kesulitan mengevakuasi. Tim medis dari RSUD Notopuro Sidoarjo kemudian mengambil tindakan terpaksa mengamputasi tangan kirinya di tempat.
"Enggak bisa (menyelamatkan diri). Tangannya langsung kena," ungkapnya.
Saat proses amputasi, Ahmad sudah tidak bisa diajak komunikasi meski masih sadar. Namun dengan arahan dokter, Ahmad diminta untuk tetap tenang.