TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan keprihatinannya ihwal perusakan rumah doa jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) di Padang, Sumatera Barat. Nasaruddin bilang tindakan merusak rumah doa itu sebagai bentuk kriminal murni.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Itu kami anggap sebagai kriminal murnilah ya. Semuanya harus bertanggung jawab,” ujar Nasaruddin saat ditemui di Museum Penerangan, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada Kamis, 31 Juli 2025.
Nasaruddin juga berharap tindakan intoleransi seperti yang terjadi di Padang tidak terulang kembali di kemudian hari. “Kami berharap itu yang terakhir,” kata dia. dalam kesempatan itu, Nasaruddin menyinggung perihal kurikulum cinta yang tengah disosialisasikan ke masyarakat.
Menurut dia, kurikulum cinta menjadi solusi jangka panjang untuk mencegah praktik intoleransi sesama umat beragama. “Mudah-mudahan kurikulum cinta ini beroperasi. Maka tidak ada lagi isu seperti itu di kemudian hari,” kata dia.
Sebelumnya, Nasaruddin menyampaikan Kemenag telah berkoordinasi dengan Kantor Wilayah Kemenag Sumatera Barat. Tim dari Kemenag diterjunkan ke Padang untuk merespons situasi dan mencari solusi terbaik di lapangan. Nasaruddin mengatakan penanganan serupa pernah dilakukan terhadap kasus intoleransi di Jawa Barat.
“Kami sudah berkomunikasi dengan Kanwil-nya, kami akan mengutus tim kami nanti ke sana untuk mencari solusi yang terbaik, saya mendengar itu sudah terkendalikan oleh kawan-kawan dan pihak aparat," ujarnya.
Ia turut mengingatkan peristiwa di Padang akan berdampak pada citra negatif dari bangsa Indonesia. Nasarudin berharap ke depan tidak ada lagi kasus serupa. "Saya pribadi sangat menyesalkan."
Untuk jangka panjang, Kementerian Agama akan memperkenalkan kurikulum cinta di lingkungan pendidikan. Nasaruddin menyebut langkah ini sebagai bagian dari upaya sistemik membangun budaya saling pengertian dan mengikis prasangka antarumat.
“Kementerian Agama punya falsafah sendiri, kalau seperti ini kejadiannya jangan-jangan nanti akan ada lagi. Maka itu, kami selaku Menteri Agama mencari pendekatan lain dengan cara memperkenalkan kurikulum cinta. Kurikulum cinta ini secara mendasar akan kita obsesikan untuk menghilangkan segala bentuk kecurigaan dan kesalahpahaman antara satu sama lain,” ujar Nasaruddin.
Sebelumnya, pada Sabtu, 27 Juli 2025, sekelompok warga mendatangi rumah doa GKSI di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, dan membubarkan kegiatan ibadah jemaat. Dalam insiden tersebut terjadi kepanikan, termasuk di kalangan anak-anak, serta aksi perusakan fasilitas rumah ibadah oleh massa. Rekaman video yang beredar memperlihatkan puluhan orang membawa kayu dan merusak kursi serta kaca di rumah doa tersebut.