Canberra (ANTARA) - Lebih banyak warga Australia percaya bahwa meningkatkan kemandirian dari Amerika Serikat (AS) akan berdampak baik bagi negara tersebut alih-alih berdampak buruk, menurut sebuah survei.
Survei yang dilakukan oleh firma riset pasar Resolve Strategic untuk surat kabar Nine Entertainment itu menemukan bahwa 46 persen warga Australia percaya bahwa meningkatkan kemandirian dari AS dalam hal kebijakan luar negeri dan keamanan nasional merupakan "hal yang baik" bagi negara itu.
Sebagai perbandingan, hanya 22 persen responden mengatakan peningkatan independensi akan menjadi "hal yang buruk" bagi Australia, sementara 33 persen lainnya tidak yakin atau bersikap netral.
Di antara responden yang mengatakan bahwa mereka memilih Partai Buruh yang berkuasa pada pemilihan umum bulan Mei, 56 persen menyatakan bahwa peningkatan independensi dari AS akan berdampak positif bagi Australia.
Lebih dari separuh responden, yakni 53 persen, mengatakan kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS tahun 2024 merupakan hal yang buruk bagi Australia. Angka itu turun dari 68 persen pada April, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan 40 persen saat pemilu AS pada November.
Sebanyak 18 persen partisipan mengatakan kemenangan Trump merupakan hal baik bagi Australia, dibandingkan dengan 11 persen pada April dan 29 persen pada November.
Pendiri Resolve Strategic Jim Reed mengatakan kepada surat kabar Nine Entertainment bahwa hubungan antara Australia dan AS menjadi "tegang" khususnya dalam hal perdagangan.
"Pihak Australia cukup dingin terhadap Trump, dan tampaknya tarif yang diberlakukannya telah memupuskan harapan untuk meluluhkan hati mereka dalam waktu dekat," kata Reed.
Pertemuan tatap muka pertama yang dijadwalkan antara Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Trump dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok Tujuh (Group of Seven/G7) pada Juni lalu di Kanada dibatalkan setelah sang presiden meninggalkan KTT lebih awal.
Survei baru tersebut menemukan bahwa 38 persen warga Australia percaya AS dan Trump adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas gagalnya pertemuan para pemimpin tersebut, sementara 26 persen lainnya mengatakan Australia dan Albanese-lah yang paling bertanggung jawab.
Pewarta: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.