Liputan6.com, Jakarta Salah satu film Indonesia yang siap tayang di bioskop yakni Lyora: Penantian Buah Hati karya sineas Pritagita Arianegara. Film ini menampilkan Marsha Timothy sebagai Meutya (Marsha Timothy), wanita karier dengan segala kesibukannya.
Berusaha untuk memiliki keturunan di usia yang tak lagi muda, Meutya dan Fajrie (Darius Sinathrya), menjalani berbagai program kehamilan, termasuk bayi tabung yang penuh lika-liku hidup serta konflik batin.
Kegagalan dan kehilangan mendalam mewarnai perjalanan Meutya bareng Fajrie sebagai pejuang garis dua. Namun perjuangan dan harapan untuk dapat momongan tak pernah pupus. Akankah berhasil?
“Meutya adalah perwakilan dari banyak suara perempuan yang menjadi pejuang garis dua. Di film ini, Meutya menjadi perwakilan suara-suara yang selama ini jarang dibicarakan,” kata Marsha Timothy.
Perempuan dan Pasangannya
Lewat pernyataan tertulis yang diterima Showbiz Liputan6.com, Senin (28/7/2025), Marsha Timothy menggarisbawahi Lyora: Penantian Buah Hati mewakili jutaan wanita Indonesia yang sedang atau pernah berjuang untuk jadi ibu.
“Bagaimana perjuangan para perempuan dan pasangannya yang ingin memiliki momongan,” imbuh Marsha Timothy. Darius Sinathrya menambahkan, perjuangan mendapat buah hati bukan beban satu orang yakni istri.
Bukan Beban Satu Orang
“Perjuangan menantikan buah hati bukan beban satu orang. Film ini membuka ruang diskusi tentang pentingnya peran suami dalam perjuangan memiliki anak—bukan hanya tanggung jawab istri,” ungkap suami Donna Agnesia.
Selain Darius Sinathrya dan Marsha Timothy, Lyora: Penantian Buah Hati diperkuat akting Widyawati, Aimee Saras, Olga Lydia, Hannah Al Rashid, Ariyo Wahab, dan Ivanka Suwandi. Naskahnya digarap Titien Wattimena dan Priska Amalia.
Sangat Personal Buat Saya
Film Lyora: Penantian Buah Hati akan tayang di bioskop mulai 7 Agustus 2025. Pritagita Arianegara berharap lika-liku yang dihadapi pasangan Meutya dan Fajrie dalam film ini dapat memotivasi sekaligus menyemangati para pejuang garis dua.
“Film ini sangat personal buat saya. Saya tahu rasanya menunggu, mencoba, dan gagal. Lewat Lyora, saya ingin memeluk mereka yang masih berjuang—dan mengingatkan bahwa ini bukan perjuangan satu orang saja,” akunya.