Liputan6.com, Jakarta - Di tengah pesatnya laju teknologi, muncul sebuah inisiatif sederhana namun mendalam dari Sulawesi Utara (Sulut), yang berhasil membuktikan bahwa konektivitas sejati adalah konektivitas yang memanusiakan manusia.
Adalah Baku Bantu Sulut, sebuah platform yang digagas oleh para pemuda setempat, dipimpin oleh Krisan Valerie Sangari selaku Lead Coordinator, yang sukses mengubah cara berdonasi menjadi lebih efektif dan penuh empati.
Dengan penuh rasa syukur, Krisan berbagi kisah di balik inisiatif Baku Bantu Sulut saat menerima penghargaan 'Anugerah Perempuan Hebat Liputan6' kategori Teknologi, Kamis (16/10/2025) di SCTV Tower Jakarta.
Berangkat dari kesadaran bahwa niat baik membantu sering kali kurang tepat sasaran, Krisan Valerie bersama timnya menggunakan pendekatan teknologi yang jauh dari kata 'canggih' namun sangat berdaya guna: survei data dan mendengarkan secara aktif.
"Teknologi yang kami gunakan bukan programming yang advance. Kami menggunakan survei data, kami pergi ke panti-panti di Tomohon, Minahasa, dan Manado. Di situ kami bercerita dan active listening," papar gadis muda yang juga dikenal sebagai Noni Sulut 2023
Langkah ini diambil untuk menggali kebutuhan dan masalah nyata yang dialami oleh komunitas rentan di panti asuhan, baik kebutuhan materil maupun yang lebih penting, seerti kebutuhan emosional.
"Banyak bantuan yang mubazir karena tidak sesuai dengan prioritas penerima. Hal ini bisa ditanggulangi dengan data yang jelas, benar-benar berasal dari suara mereka yang membutuhkan," ucap Krisan.
Data yang dikumpulkan kemudian dipublikasikan di website sederhana Baku Bantu Sulut dan disebarluaskan melalui media sosial.