Konservasi penyu Pariaman jadi daya tarik wisata edukatif.
REPUBLIKA.CO.ID, PARIAMAN, – Keberadaan konservasi penyu di Pariaman, Sumatera Barat, tidak hanya mendukung pelestarian satwa langka tetapi juga menjadi daya tarik pariwisata edukatif. Hal ini disampaikan oleh Wali Kota Pariaman, Yota Balad, pada Rabu.
Konservasi penyu di Pantai Desa Apar telah menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di daerah ini. Selain menikmati panorama pantai, wisatawan dapat melihat penyu di kolam penangkaran dan ikut serta dalam kegiatan pelepasan tukik ke laut. Menurut Yota, konservasi ini berperan penting sebagai pusat edukasi bagi masyarakat, terutama anak-anak, untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya melindungi penyu dari ancaman kepunahan.
Yota juga mengimbau warga untuk tidak mempercayai mitos terkait khasiat telur penyu dan mendorong masyarakat untuk menyerahkan telur yang ditemukan ke konservasi. Pemerintah Kota Pariaman berkomitmen untuk terus melakukan sosialisasi guna mencegah praktik perdagangan dan konsumsi telur penyu yang dapat berimplikasi hukum.
Sementara itu, UPTD Konservasi dan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Dinas Perikanan dan Kelautan Sumbar mencatat bahwa sepanjang 2025, sekitar 800 tukik telah dilepaskan ke laut. Telur-telur penyu yang ditetaskan di konservasi sebagian besar berasal dari masyarakat yang menyerahkannya melalui sistem adopsi dengan biaya transportasi Rp3.150 per butir. Wisatawan juga dapat berpartisipasi dalam pelepasan tukik dengan tarif Rp5.000 per ekor, meskipun pengelola sedang menyiapkan skema pelepasan yang lebih konservatif untuk menjaga keseimbangan antara edukasi dan pelestarian.
Konten ini diolah dengan bantuan AI.
sumber : antara