
GEMPA bumi magnitudo 4,9 di tenggara Bekasi, Jawa Barat, Rabu (20/8) malam dirasakan hingga Bendungan Ir. H. Juanda. Pascagempa tersebut, Perum Jasa Tirta 2 (PJT 2) yang mengelola bendungan Waduk Jatiluhur, terus melakukan inspeksi visual terhadap kondisi fisik bendungan yang dikhawatirkan terjadi retakan akibat gempa.
Jarak pusat gempa dengan bendungan Waduk Jatiluhur relatif dekat yaitu 15,37 km. Sesuai prosedur keamanan, untuk menindaklanjuti kejadian pascagempa, Perum Jasa Tirta 2 tengah melakukan dua langkah pengamanan.
Menurut general manager wilayah empat bendungan, kepala sub. unit pengelolaan bendungan Ir H. Juanda, Anom Soal Herudjito, saat ini PJT 2 tengah melakukan langkah-langkah pengamanan bendungan. Pertama, melakukan update data-data dari instrumen keamanan bendungan, seperti pergerakan tubuh bendungan dan rembesan.
Kedua, melakukan inspeksi visual terhadap kondisi fisik bendungan, seperti memeriksa kemungkinan adanya retakan, longsoran, dan sebagainya. Kemudian, berdasarkan prosedur keamanan, dilakukan inspeksi luar biasa mengingat dekatnya jarak pusat gempa dengan Bendungan Waduk Jatiluhur.
"Semalam terjadi gempa 4,9 di tenggara Bekasi. Dirasakan sampai bendungan Insinyur Haji Juanda. Dan memang jarak dari pusat gempa sampai titik bendungan ini relatif dekat yaitu 15,37 km," kata Anom, Kamis (28).
Dikatakan Anom, PJT 2 saat ini memiliki dua alat otomatis untuk memantau parameter tubuh bendungan selama 24 jam. Pertama, strong motion accelerometer untuk membaca pergerakan atau percepatan gempa di bendungan, dan robotic device untuk memantau pergerakan eksternal tubuh bendungan selama 24 jam.
"Nah, informasi lain mungkin dapat kami sampaikan bahwa Perum Jasa Tirta 2 saat ini memiliki dua alat yang otomatis. Artinya dapat memantau parameter tubuh bendungan selama 24 jam. Yang pertama adalah strong motion accelerometer. Jadi kita bisa membaca pergerakan atau percepatan gempa di di bendungan ini. Yang kedua adalah kita memiliki geodetic monitoring system. Itu adalah robotic device yang bisa 24 jam memantau pergerakan eksternal tubuh bendungan," ngkapnya.
Dari hasil pantauan kedua alat tersebut kondisi bendungan relatif aman serta tidak ada anomali atau abnormal bendungan.
"Dan dari dua alat real time itu alhamdulillah kondisi relatif aman, tidak ada anomali atau abnormal dari kondisi bendungan kita. Pengecekan terus dilakukan. Jadi gempa yang jam 08.00 malam itu gempa utama diikuti beberapa gempa, 6-7 gempa. Tentunya kita masih tetap melakukan monitoring," pungkas Anom. (RZ/E-4)