Liputan6.com, Jakarta - Real Madrid tengah mengalami perubahan besar setelah kepergian Carlo Ancelotti, dan tekanan cepat menguat terhadap Xabi Alonso. Performa yang tak stabil membuat hubungan pelatih dengan beberapa pemain kunci dipertanyakan.
Situasi itu turut mengundang perhatian dari legenda sepak bola Jerman, Lothar Matthaus. Dalam kolomnya di Sky Sport Germany, Matthaus menyoroti potensi gesekan antara tuntutan taktis Alonso dan gaya bermain dua bintang Madrid, Jude Bellingham serta Vinicius Junior.
Ia menilai keduanya terbiasa dengan kebebasan penuh di bawah Ancelotti. Kondisi ini, menurutnya, bisa menyulitkan adaptasi terhadap sistem baru yang lebih terstruktur.
Komentar Matthaus muncul ketika atmosfer di Bernabeu berubah dari keyakinan menjadi kecemasan, terutama setelah serangkaian hasil buruk dan kekalahan dari Celta Vigo yang memicu krisis internal.
Kritik Matthaus terhadap Transisi Taktis Madrid
Matthaus menilai peralihan dari era Ancelotti menuju gaya Alonso berlangsung tidak mulus. Ia melihat bahwa hilangnya kebebasan bermain dapat memengaruhi efektivitas para pemain kreatif, termasuk Bellingham dan Vinicius.
Di mata Matthaus, perubahan ini menciptakan jarak budaya yang signifikan dari gaya sebelumnya. “Dia adalah tipe pelatih yang berbeda dibanding Carlo Ancelotti,” tulisnya.
“Pelatih asal Italia itu lebih seperti figur ayah, memberi para pemain lebih banyak kebebasan, terutama di lapangan. Alonso, seperti yang semua orang tahu, menghargai detail seperti disiplin, ketepatan waktu, dan organisasi di lapangan."
"Di bawah Ancelotti, Real Madrid lebih mengandalkan kualitas individu para pemainnya. Alonso tetap memberi mereka kebebasan, tetapi ia juga memberi para bintang lebih banyak arahan di lapangan. Pemain seperti Jude Bellingham atau Vinicius mungkin tidak mampu mengatasi pendekatan itu dengan baik.”
Minimnya Improvisasi Real Madrid
Dalam kolom tersebut, Matthaus menyoroti bahwa fokus Alonso berada pada kolektivitas. Pendekatan itu sukses di Bayer Leverkusen, tetapi menurutnya tidak semua pemain mudah menerimanya, terutama mereka yang terbiasa melakukan improvisasi.
“Bagi Alonso, fokus bukan pada pemain individu, tetapi pada tim. Itu bekerja dengan baik di Leverkusen. Florian Wirtz tentu memiliki kebebasannya di sana," sambung Matthaus.
"Alonso mengharapkan semua pemainnya berkontribusi dalam bertahan. Jika seorang pemain tidak menyukai hal itu, dia akan kesulitan dengan pelatih.”
Tantangan adaptasi ini menjadi sorotan utama, terlebih saat perubahan struktur membuat beberapa pemain harus mengubah insting bawaan mereka di lapangan. Perbedaan ini menambah tekanan di ruang ganti yang kini berada di bawah pantauan ketat publik.
Tantangan Alonso di Tengah Krisis dan Laga Berat di Depan
Matthaus menilai gaya bermain baru Madrid menuntut beban kognitif yang lebih besar. Di bawah Ancelotti, Bellingham dan Vinicius bebas bergerak untuk menciptakan keunggulan numerik berdasarkan insting.
Struktur rapat Alonso kini membatasi improvisasi tersebut dan memaksa mereka mengikuti pola yang lebih ketat. Gesekan itu terlihat jelas saat kekalahan 2-0 dari Celta Vigo.
Dalam laga tersebut, frustrasi memuncak hingga menghasilkan tiga kartu merah, termasuk untuk Endrick yang masih berada di bangku cadangan. Ledakan emosi ini disebut Matthaus sebagai tanda hilangnya kontrol, sesuatu yang jarang terlihat di era Ancelotti.
Situasi semakin rumit dengan banyaknya pemain cedera dan performa yang tak konsisten. Alonso berada di posisi sulit, terutama menjelang laga Liga Champions melawan Manchester City.
.png)
1 day ago
3
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5439873/original/005951900_1765402392-AP25344752220817.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5439868/original/016022500_1765399824-AP25344728370568.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5400142/original/014247800_1762066801-salah_2.jpg)



















