Phnom Penh (ANTARA) - Bentrokan bersenjata antara tentara Kamboja dan Thailand di wilayah perbatasan yang disengketakan telah memasuki hari kelima, seperti diungkapkan kedua belah pihak pada Senin (28/7).
Letnan Jenderal Maly Socheata, selaku wakil sekretaris negeri sekaligus juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, mengatakan bahwa pihak Thailand terlebih dahulu melepaskan tembakan pada pagi hari, sementara militer Thailand menyatakan serangan Kamboja terus berlanjut sepanjang malam.
"Meskipun sebuah pertemuan khusus antara kepala pemerintahan kedua negara akan diadakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada hari ini untuk bernegosiasi mengenai gencatan senjata, pihak Thailand pada pukul 03.10 waktu setempat tetap melancarkan serangan terlebih dahulu ke Kamboja di wilayah perbatasan yang disengketakan hingga pukul 05.07 (waktu setempat)," kata Socheata.
Dia mengatakan bahwa hingga saat ini, jumlah pengungsi Kamboja dari provinsi-provinsi perbatasan telah meningkat menjadi 39.828 keluarga dengan sekitar 134.707 orang.
Dia menambahkan bahwa total 600 sekolah telah ditutup, dengan sekitar 150.000 siswa dan 6.000 guru terdampak.
Sementara itu, dia mengatakan bahwa sekitar 400.000 pekerja migran Kamboja di Thailand telah kembali ke negara asal mereka hingga saat ini.
Akun-akun yang berafiliasi dengan militer Thailand pada Senin mengunggah di media sosial bahwa bentrokan di wilayah perbatasan Thailand-Kamboja telah memasuki hari kelima, dengan pasukan Kamboja belum menghentikan aksi penembakan. Dari Minggu (27/7) pukul 23.00 waktu setempat hingga dini hari, prajurit Thailand tidak beristirahat sepanjang malam.
Hingga Minggu, bentrokan di perbatasan tersebut telah menewaskan 14 warga sipil dan delapan tentara Thailand, dengan 37 warga sipil lainnya mengalami luka-luka dengan tingkat keparahan yang beragam. Sebanyak 139.646 orang telah dievakuasi dari daerah berisiko di perbatasan, seperti diumumkan pemerintah Thailand pada Minggu.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.